MAKALAH PENDIDIKAN
MAKALAH
ILMU PENDIDIKAN TEORITIS
PENERAPAN ALIRAN EMPIRISME DALAM PENDIDIKAN

OLEH
YULIANA NDAHONG (19106019)
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIKA SANTU PAULUS
RUTENG
KATA
PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Tuhan yang Maha Esa, yang memberikan kesehatan
dan kesempatan kepada saya untuk dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik
dan tepat waktu. Tidak lupa juga saya ucapkan terimakasih kepeda teman-teman
yang telah berkontribusi dalam menyelesaikan makalah ini, dengan memberikan
sumbangan pemikiran maupun materinya.
Saya berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca, sebagai wadah
penambah ilmu pengetahuan dan pengalaman dan mampu memberikan pengaruh secarah
nyata dengan mempraktekannya dalam kehidupan sehari- hari
Terlepas dari harapan yang ada, masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini, de ngan keterbatasan
pengetahuan dan pengalaman saya. Dengan begitu sangat di harapkan kritik dan
saran yang mampu membangun demi pengembangan dan kesempurnaan makalah ini.
Ruteng, 29 Februari 2020
Penyusun
(Yuliana Ndahong)
DAFTAR
ISI
.Kata Pengantar
Daftar Isi
1.Bab 1 Pendahuluan
1.1Latar Belakang
1.2. Rumusan Maslah
1.3. Tujuan
1.4. Manfaat
2. Bab 2 Pembahasan
2.1. Pengertian Empirisme
2.2. Kemunculan Dan perkembangan empirisme
2.3. Konsep pemikiran empirisme
2.4. Tokoh Empirisme
2.5. Implementasi bagi perkembangan studi keilmuan
2.6. Pengaruh Dan
Manfaat Empirisme untuk Pendidikan sekarang
2.7. penerapan empirisme dalam pendidikan IPS
3. Bab 3 Penutup
3.1. Kesimpulan
3.2. sara
4.Daftar Pustaka
BAB
I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tradisi pemikiran barat dewasa ini merupakan paradigm
bagi perkembangan budaya Barat dengan implikasi yang sangat luas dan mendalam
di semua segi dalam kehidupan. Memahami tradisi pemikiran barat sebagaimana
tercermin dalam pandangan filsafatnya merupakan kearifan tersendiri, karena
kita akan dapat melacak segi-segi
positifnya yang layak kita tiru dan menemukan sisi-sisi negatifnya untuk tidak
kita ulangi.
Kemunculan sebuah pemiiran tidak bisa lepas dari nilai
yang mempengaruhi dari peristiwa dan pemikiran yang hidup dan berkembang
sebelumnya. Juga halnya dengan empirisme, konsep pengetahuan ini tidaklah
berada pada ruang hampa yang tidak mengakar pada realitas pemikiran sebelumya.
Empirisme telah menyumbang banyak hal dalam ilmu
pengetahuan. empiris mengkuduskan
eksperimen dan pemahaman ilmiah, dan mengumumkan dengan sangat bangga bahwa
mereka tidak mempercayai gagasan apapun selaa belum di tetapkan dengan
eksperimen dan dibuktikan dengan secara empiric.
Oleh karena itu, saya mengambil materi empirisme dalam makalah ini agar
dapat mengetahui pengertian empirisme, kemunculan dan perkembangan empirisme,
konsep pemikiran empirisme, tokoh-tokoh empirisme, implementasi bagi
perkembangan keilmuan, pengaruh serta manfaat empirisme untuk pendidikan
sekarang, dan penerapan empirisme dalam pendidikan IPS.
2.2. Rumusan Masalah
1..Apa pengertian Empirisme?
2. Bagaimana kemunculan dan perkembangan Empirisme?
3. Bagaimana konsep pemikiran Empirisme?
4. Siapa sajakah tokoh Empirisme?
5. Bagaimana implementasi bagi perkembangan studi
keilmuan?
6.Apa pengaruh dan manfaat empirisme untuk pendidikan
sekarang?
7. bagaimanakah penerapan Empirisme dalam pendidikan ips?
2.3. Tujuan
1.untuk mengetahui pengertian empirisme
2.untuk mengetahui kemunculan dan perkembangan empirisme
3.untuk mengetahui konsep pemikiran empirisme
4.untuk mengetahui tokoh- tokoh empirisme
5.untuk mengetahui implementasi bagi perkembangan studi
keilmuan
6.untuk mengetahui pengaruh dan manfaat empirisme bagi
pendidikan sekarang.
7.untuk mengetahui penerapan Empirisme dalam pendidikan ips
1.4. Manfaat
1.Bagi penulis, meningkatkan pengetahuan dan melatih diri
untuk bisa bertanggung jawab Melatih
kepercayaan diri sebagai bentuk pengembangan ilmu, melatih cara berpikir kritis
Dan logis dalam menyelesaikan suatu persoalan.
2. Bagi pembaca, memperoleh informasi dan meningkatkan
pengetahuan serta menjadi refrensi
Baru bagi pembaca dan sebagai sumber informasi dalam
pengembangan ilmupengetahuan Dan praktik.
BAB
II
PEMBAHASAN
1.Pengertian Empirisme
Kaum empirisme adalah mereka yang mengkuduskan eksperimen dan pemahaman
ilmiah, dan yang mengumumkan dengan sangat bangga bahwa mereka tidak
mempercayai gagasan apapun selama belum ditetapkan dengan eksperimen dan dibuktikan
dengan secara empiric. (mereka terus berkata) bahwa karena posisi teologi ini
berkenan dengan persoalan goib diluar batas-batas indra dan eksperimen, maka
kita wajib mengesampingkanya, dan berpaling kepada kebenaran dan pengetahuan
yang di cerap dalam lapangan eksperimen. Eksperimen berasal dari kata yunani
“empiria’’ yang berarti pengalaman indrawi. Karena itu empirisme dilibatkan
kepada faham yang memilih pengalaman sebagai sumber utama pengenalan, baik
pengalaman lahiriah yang menyangkut dunia maupun pengalaman batiniah yang
menyangkut pribadi manusia. Seorang yang beraliran empirisme biasanya
berpendirian bahwa pengetahuan di dapat melalui penampungan yang secara pasif
menerima hasil-hasil penginderaan. Ini bearti bahwa semua pengetahuan. Penganut
empirisme mengatakan bahwa pengalaman tidak lain akibat suatu objek yang
merangsang alat-alat indrawi, yang kemudian di pahami di dalam otak dan akibat
dari ransangan tersebut terbentuklah tanggapan-tanggapan mengenai objek yang
merangsang alat-alat indrawi tersebut.
Empirisme adalah aliran yang menjadikan pengalaman
sabagai sumber pengetahuan. Aliran ini beranggaan bahwa pengetahuan di peroleh
melalui pengalaman dengan cara observasi/ peninderaan. Pengalaman merupakan
factor fundamental dalam pengetahuan, ia merupakan sumber dari pengetahuan
manusia.
Sehingga, tanpa adanya rangsangan dan informasi dari
indera maka manusia tidak akan memperoleh pengetahuan apapun, karena indralah
yang merupakan sumber utama pengetahuan dalam pandangan kaum empiris.
Empiris adalah suatu doktrin filsafat yang menekankan
peranaan pengalaman dalam me peroleh pengetahuan dan mengecilkan peranaan akal,
melainkan di peroleh atau bersumber dari pnca indra manusia yaitu mata, lidah,
telinga, kulit dan hidung.
Ajaran- ajaran pokok empirisme yaiyu:
·
Pandangan
bahwa semua ide atau gagasan merupakan abstraksi yang di bentuk dengan
mengabungkan apa yang dialami.
·
Pengalaman
indrawi adalah satu-satunya sumber pengetahuan, dan bukan akal atau rasio
·
Semua
yang kita ketahui pada akirnya bergantung pada data indrawi .
·
Semua
pengetahuan turun secara langsung, atau disimpulkan secara tidak langsung dari
kata indrawi ( kecuali beberapa kebenaran definisional logika dan matematika)
·
Akal
budi sendiri tidak dapat memberikan kita pengetahuan tentang realitas tanpa
acuan pada pengalaman indrawi dan penggunaan panca indra kita. Akal budi
mendapat u=tugas untuk mengelolah
bahan-bahan yang diperoleh dari pengalaman.
·
Empirisme
sebagai filsafat pengalaman, mengakui bahwa pengalaman sebagai satu satunya
sumber pengetahuan.
Di jelaskan juga empirisme ( Yunani Kuno), pengalaman adalah pengetahuan lansung
berakar dalam data yang indrawi, yang tidak dialami berarti tidak adadan tidak
dapat dikenal. Karena empirisme hanya membenarkan adanya pengalaman lewat panca
indra, maka aliran ini dsebut sensualisme. Empirisme yang di maksud adalah
lewat dari rasonalisme.
Istilah sensualisme disini diambil dari kata sense
(indra) yang berpendirian bagwa sumber pengenalan pengetahuan dengan segalah
bentuknya adalah indra-indra bukan pikiran pikiran. Aliaran ini menitiberatkan
pencerapan indra dikarena oleh bukan hanya karena pengelihatan, penginderaan
dan sebagainya tetapi juga pengakaman batin
Akal budi diagung-agungkan oleh rasionalisme, menurutnya
adalah akal budi yang telah mengkombinasikan penginderaan pengalaman indrawi
yang positifstis. Karena itu jalan yang ditempuh oleh rasionalisme adalah
kurang tepat sebab system ini harus terlebih dahulu melalui empiris. Setiap
manusia di lahirkan pada dasarnya aka belum berfungsi sebagaimana mestinya
sebelum mendapatkan pengalaman.
Ada beberapa tokoh yang menjelaskan pengertian dari
empirisme
1.Menurut Bagus
(2002)
Empirisme secara etimologis berasal dari kata bahasa inggris empiricism dan
experience. Kata- kata ini berakar dari kata bahasa yunani “empeiria” dan dari
kata ‘’experietia’’ yang berarti pengalaman dalam “ berkenalan dengan”,”terampil
untuk”.
2.Menurut Lacey (2000)
Berdasarkan akar atanya Empirisme adalah aliran dalam
filsafat yang berpandangan bahwa pengetahuan secara keseluruan atau parsial didasarkan kepada pengalaman
yang menggunakan indera.
3.Menurut Honer Dan Hunt (2003)
Aliran ini tidak mungkin mencari pengetahuan mutlak dan mencakup semua
segi, apalagi didekat kita terdapat kekuatan yang dapat dikuasai untuk
meningkatkan pengetahuan manusia, yang meskipun bersifat lebih lambat namun lebih
dapat diandalkan. Kaum empiris cukup puas dengan mengembangkan sebuah system
pengetahuan yang mempunyai peluang besar untuk benar, meskipun kepastian mutlak
tidak akan pernah dapat dijamin.
Kaum empiris memegang twguh pendapat bahwa pengetahuan manusia dapat
dipeoleh lewat pengalaman. Jika kita sedang berusaha untuk menyakinkan seorang
empiris bahwa sesuatu ada, dia akan berkata”tunjikan hal itu kepada saya”.
Dalam persoalan mengenai fakta dia harus di yakinkan oleh pengalanya
sendiri. Tokh yang di anggap sebagai benih dari empirisme adalah Aristoteles,
seperti juga pada rasionalisme, maka pada empirisme pun terdapat banyak tokoh
pendukungnya yang tidak kalah popular.
2.2. Kemunculan dan Perkembangan Empirisme
Perjalanan
empirisme yang di mulai dari Plato sampai Jhon Locke. Empirisme lahir sebagai
kritik dn ketidakpuasan metode yanf di pakai rasionalisme dalam mencari
kebenaran. Salah satu kritiknya adalah bahwa tidak sepenuhnya benar apa yang
berasal dari akal, bahkan akal mungkin menipu dalam segalah pembuktianya. Namun
rasionalisme pun tidak mau klah, mereka menentang pemikiran kaum empirisme yang mengatakan
bahwa akal merupakan factor fundamental dalam suatu pengetahuan. Menurut
rasioanalisme, pengalaman tidak mungkin dapat menguji kebenaran hokum”sebab-
akibat”. Para pemikir inggris bergerak kearah yang erbeda dengan tema yang
rintis oleh Desrates. Mereka lebih mengukuti jejak Francis Bacon, yaitu aliran
empirisme.
Orang pertama pada abad ke 17 yang mengikuti aliran empirisme
di inggris adalah Thomas Hobes (1588-1679). Jika Bacon lebih berarti dalam
bidang doktrin dan ajaran, hobes telah menyusun suatu system yang lengkap berdasar kepada empirisme secara
konsekuen. Meskipun ia bertoalk pada dasar-dasar empiris, namun ia menerima
juga metode yang di pakai dalam ilmu alam yang bersifat matematis. Ia telah
mempersatukan empirisme dengan rasionalisme matematis. Ia menyatukanya dalam
suatu bentuk filsafat materialis yang konsekuen pada zaman modern.
Selanjutnya, tradisi empirisme diteruskan oleh Jhon Locke(1632-1704) yang
untuk pertama kalinya menerapkan metode empiris kepada persoalan-persoalan
tentang pengenalan-pengenalan/pengetahuan. Bagi Locke yang terpenting adalah
menguraikan cara manusia mengenal. Locke berusaha menggabungkan teori- teori
empirisme seperti yang di ajarkan Bacon dab Hobes dengan ajaran rasionalisme
mengenai ide-ide dan asas-asas pertama yang di pandang sebagai bawaan manusia.
Menurut dia segalah pengetahuan dating dari pengalaman dan tidak lebih dari
itu. Peran akal pasif pada waktu pengetahuan di dapatkan. Oleh karena itu akal
tidak melahirkan pengetahuan dari
dirinya sendiri.
Ditangan empirisme Locke, filsafat mengalami perubahan arah jika rasioanalisme Descrtes
mengajarkan bahwa penetahuan yang paling berharga tidak berasal dari
pengalaman, maka menurut Locke, pengalaman yang menjadi dasar bagi segalah
pengetahuan.
Pada abad ke-20 kum empiris cenderung menggunakan teori makna mereka pada
penentuan apakah suatu konsep diterapkan dengan benar atau tidak. Bukan pada
asal usul pengetahuan. Salah satu contoh penggunaan empirisme secara pragmatis
ini ialah pada Charles Sander Peirce dalam kalimat “ Tentukanlah apa pengaruh
konsep itu pada praktek yang dapat dipahami kemudian konsep tentang pengaruh
itu, itulah konsep tentang objek tersebut”.
Terdapat beberapa jenis empirisme yaitu:
a.Empirio-Kritisme
disebut juga Machisme. Sebuah aliran filsafat yang
bersifat subyektif-idealistik. Liran ini di dirikan oleh Avenarius dan Mach.
Inti aliran ini adalah ingin “membersikan” pengertian pengalaman dari konsep
substansi, keniscayaan, kausalitas dan sebagainya, sebagai pengertian aprori.
Sebagai gantinya aliran ini mengajukan konsep dunia sebagai kumpulan jumlah
elemenn-elemen netral atau sensasi-sensasi (pencerapan-pencerapan). Aliran inni
dapat di kataakan sebagai kebngkitan kembali ide Barkeley dan Hume tetapu
secara sembunyi-sembunyi, karena di tuntut oleh tuntunan sifat netral filsafat.
Aliran ini juga anti metafisisk..
b.Empirisme Logis
analisi logis modern dapat di terapkan pada pemecahan pemecahan problem
filosofis dan ilmiah. Empirisme logis berpegangan pada pandangan-pandangan
berikut;
Ada batas-batas bagi empirisme. Prinsip system logika formal dan prinsip
kesimpulan induktif tidak dapat di buktikan dengan mengacu pada pengalaman.
Semua proposisi yang benar dapat di jabarkan (
direduksasikan) pada proposisi-proposisi mengenai data indrawi yang kurang
lebih merupakan data indera yang ada seketika.
Pertanyaan-pertanyaan mengenai hakikat kenyataan yang
terdalam pada dasarnya tidak mengandung
makna.
c.Empiris Radikal
Suatu aliran yang berpendirian bahwa semua pengetahuan dapat di acak sampai
pada pengalaman indrawi. Apa yang tidak
dapat di acak secara demikianitu,di anggap bukan pengetahuan. Soal
kemungkinan melawan kepastian atau asalah kekeliruan melawan kebenaran telah
enimbulkan banyak pertentangan dalam filsafat. Ada pihak yang belum dapat
menerima pernytaan bahwa penyelidikan empiris hanya dapat memberikan kepada
kita suatu pengetahuan yang belum pasti (probable). Mereka mengatakan bahwa
pernyataan-pernyataan empiris, dapat di terima sebagai psti jika tidak ada
kemungkinan untuk mengujinya lebih lanjut dan dengan begitu tak ada dasar untuk
keraguan. Dalam situasi semacam itu, kita tidak hanya berkata, “aku merasa
yakin ( I feel certain), tetapi aku yakin. Keompok falibisme akan menjawab
bahwa taka da pernyataan empiris yang pasti karena terdapat sejumlah tak
terbatas data insrawi untuk setiap benda, dan bukti-bukti tidaak dapt ditimba
sampai habis sama sekali.
1.3.
Konsep Pemikiran Empirisme
Ada
dua ciri pokok empirisme, yaitu mengenai teori tentang makna dan teoro mengenai
pengetahuan. Teori pertama, teori makna pada aliran empirisme biasanya dinyatakan sebagai teori tentang
asal pengetahuan, yaitu asal usul idea atu konsep. Pada abad pertengahan teori
ini di ringkas dalam rumus Nihil est in
intellectu quod not prius fuerit in sensu (tidak ada sesuatu dalam pikiran kita selain didahului
oleh pengalaman) sebenarnya pernyataan ini merupak tesis Locke yang terdapat di
dalam bukunya, An essay Concerning Human Understanding, yang di keluarkanya
takkalah ia menentang ajaran idea bahwa (innate idea) pada orang-orang
rasionalis. Jiwa (mind) itu, takalah orang dilhirkan, keadaanya kosong, laksana
kertas putih atau tabulah rasa, yang belum ada tulisan di atasnya, dan
setiapide yang di perolehnya mestilah dating melalui pngalalaman, yamg di
maksudkan dengan pengalaman di sini iaah pengaaman indrawi atau pengetahuan
atau pengetahuan itu dating dari observasi yang kita lakukan terhadap jiwa
(mind) kita sendiri dengan alat yang oleh Locke disebut inner sense (
pengindera dalam. Pada bad ke 20 kaum empiris cenderung mrnggunakan teori makna
mereka pada penentuan apakah suatu konsep di terapkan dengan benar atau tidak,
bukan pada asal usul pengetahuan. Salah satu contoh prnggunaan empirisme secara
prgmatis ini ialah pada Charles Sander Peirce dalam kalimat “ Tentujanlah apa
pengaruh konsep itu pada praktek yang dapat di pahami,kemudian konsep tentang
pengaruh itu, itulah konsep tentang objek tersebut. Filsafat empirisme tentang
teori makna amat berdekatan dengan aliran positivsme logis (logical positivism)
dan filsafat Ludwig Wittgenstein. Akan tetapi, teori makna dan empirisme selalu
harus di pahami lewat penfsiran pengalaman. Oleh karena itu, bagiorang empiris,
jiwa dapat di pahami sebgai gelombang pengalaman kesadaran, materi sebagai pola
(pattern) jumlah yang dapat di indera, dan hubungan kausalitas sebai urutan peristiwa yang sama.
Teori kedua, yaitu teori pengetahuan, dapat diringkaskan
sebagai berikut: menurut orang rasionalitas ada beberapakebenaran umum, seperti
“setiap kejadian tentu mempunyai sebab”, dasar-dasar matematiika, dan beberapa
prinsip dasar etika, dan kebenaran-kebenaran itu benar dengan sendirinya yang
diikena dengan istilah kebenaran apriori yang di peroleh lewat intuisi
rasional. Empirisme menolak pendapat itu. Tidak ada kemampuan intuisi rasional
itu. Semua kebenaran yang di sebut tadi adalah kebenaran yang di peroleh lewat observasi jadi ia adalah
kebenaran apisteriori.
1.Tokoh-Tokoh Empirisme
a.Jhon Locke(1673-1704)
Jhon locke lahir tahun 1962 di Bristol inggris dan wafat pada tahun 1704 di
Oates Inggris. Ia juga ahli politik, ilmu alam, dan kedokteran. Pemikiran jhon
termuat dalam tiga buku pentingnya yaitu Essay concerning human understanding,
terbit tahun 1600, letters on tolerantion terbit tahun 1689-1692, dan two
treatises on government, terbit tahun 1690. Aliran ini muncul sebagai reaksi
terhadap aliran rasionalisme. Bila rasionalisme mengatakan bahwa kebenaran
adalah rasio, maka menurut empiris, dasarnya ialah pengalaman manusia yang di
peroleh melalui panca indera. Dengan ungkapan singkat Locke :
‘’segalah sesuatu berasal dari pengalaman indrawi,buku budi
(otak). Otak tak lebih dari sehelai kertas yang masih putuh, baru melalui
pengalaman kertas itu terisi’’. Dengan demikian dia menyamakan pengalaman
batiniah (ysng bersumber dari empiri).
Jhon Locke juga termasuk filosof yang mengagumi Descrates
tetapi ia tidak menyetujui ajaranya. Bagi Locje mula-mula rasio manusia harus
di anggap sebagai gambaran kertas putih ( As a white paper) seluru isinya
berasal dari penglaman, ia membagi pengalaman atas dua bagian yaitu pengalaman
lahiriyah ( sensation) dan pengalaman batiniyah (reflection). Kedua sumber
pengalaman ini menghasilkan ide-ide tunggal (simple ideas). Roh manusia
bersifat pasif sama sekali, selama menerima ide-de. Namun demikian, roh juga
mempunyai aktivitas. Oleh karena itulah lahirlah filsafat teorinya “tabula
rasa” yakni manusia dilahirkan bagai kertas putih bersih. Pengalamanlah yang
dapat membentuk seseorang.
Menurut Jhon Locke, pengalaman dapat di perluas sehingga meliputi juga
pemikiran. Ia mengatakan bahwa pikiran dating dari pengalaman dan percobaan
semata mata. Oleh karena penglamanlah yang dapat menentukan pembentukan dan
kepribadian dan watak seseorang, maka di perlukan adanya pendidikan yang baik.
Ada tig unsur yang turut dalam menentukan pendidikan yaitu: pembawaan,
kecakapan, dan kecerdasan seseorang yang di peroleh melalui proses belajar dan
bimbingan. Perlunya kesehatan jasmani maupun rohani, permainan kegembiraan,
humor adalah kodrat bagi anak yang perlu dibimbing dimana saja. Ajaran
politiknya telah menyusun system pemerintahan dengan trias politica yaitu
1.Kekuasaan yang membuat undang- undang(legislative)
2.Kekuasaan yang menjalankan pemerintahan (eksekutif)
3.Kekuasaan menentukan perang dan damai di sebut
(peyoratif)
Dan yang membedakan Locke dengan lainya adalah karakter
pemikiranya yang empiris di bangun atas dasar tunggal dan serbaguna. Semua pengalaman (
pengetahuan), kata Locke, berawal dari pengalaman yang memberi sensasi
terdendiri. Darisensasi ini kita memperoleh ide baru uang lebih kompleks.
Pikiran kita di pengaruhi oleh perasaan refleksi. Kendati Locke berbeda
pandangan dengan fiksuf lain, namun Locke juga menerima metafora sentral
Cartesian, pembedaan antara pikiran dan tubuh. Terbukti, dia memandang bahwa
pengetahuan pertama tama berkenaan dengan emeriksaan pikiran.
Selain itu Locke juga membedakan antara apa yang di namakanya “kualitas
primer” dan “kualitas sekunder”. Yang dimaksudkan dengan kualitas primer adalah
luas, berat, gerakan, jumlah dan sebagainya. Jika sampai pada masalah kualitas
seperti ini, kita dapat merasa yakin bahwa indra indra menirunya secara
obyektif. Tetapi, kita juga akan merasakan kualitas-kualitas lain dalam
benda-benda. Kita akan mengatakan bahwa sesuatu itu manis atau pahit, hijau
atau merah. Locke menyebut ini sebagai
kualitas sekunder. Penginderaan semacam inni tidak meniru kualitas-kuliatas
sejati yang elekat pada benda-benda itu sendiri.
Proyek etimologs Locke mencapai puncaknya dalam positivsme. Inspirasi
filosofis empirisme terhadap positivsme terutama dalam prinsip objektivitas
ilmunpengetahuan. Empirisme memiliki keyakinan bahwa semesta adalah Sesutu yang
hadir melalu data indrawi.enanya
pengetahuan harus bersumber pengalaman dan pengamatan empiric.
Bila rasionalisme mengatakan bahwa kebenaran adalah rasio, maka menurut
empiris, dasarnya ialah pengalaman manusia yang di peroleh malalui panca indra. Dengan ungkapan
singkat Locke “ segalah Sesutu berasal dari pengalaman indrawi, bukan
budi(otak). Otak lebih dari sehelai kertas yang masih putih, baru melalui
pengalalaman kertas itu akan terisi”. Dengan begitu ia menyamakan pengalaman
batihniah (yang bersumber dari akal budi) dengan pengalaman lahiriah ( yang
bersumber dari empiri).
b. Francis Bacon 91210-1292 M)
Francis Bacon , Viscount St Alban pertama (lahir 22 januari 1561, wafat 9
april 1626) adalah seorang filsuf, negarawan dan penulis Inggris. Ia juga di
kenal sebagai pendukung revolusi sains,
bahkan, enurut Jhon Aubery, dedikasinya menggabungkannya kedalam sebuah
kelompok ilmuwan yang bersejarah yang meninggal dunia akibat eksperinmen mereka
sendiri.
Francis
Bacon di anugrahi ksatria (sir) pda tahun 1603, diangkat menjadi Baron Verulam
di tahun 1618, dan menjadi Viscount St. Alban di tahun 1621. Tanpa keturunan,
kedua gelar kebangsawanan tersebut hilang pada saat kematianya. Ia menerima
julikan sebagai pencipta esay Inggri. Meskipun bukan seorang ilmuwan praktis,
Bacon dianggap sebagai “Bpk ilmu pengetahuan modern” oleh banyak sejarawan.
Filsafat dan tulisnya sangat berpengaruh dalam mengobarkan revolusi ilmu
pengetahuan padaabad ke-17. Banyak kaum cendekiawan seperti Robert Boyle dan
Isaac Newton menerima “filsafat baru” Bacon yang meneknkan empirisme(teori yang
menyatakan bahwa pengetahuan hanya dapat diperoleh oleh pengalaman langsung)
dan induksi. Setelah menampik ketergantungannya pada pendapat para ahli
(sebelumnya) seperti Aristoteles, ilmu pengetahuan baru semakain merebak
kepermukaan dan memunculkan banyak sekali penemuan baru yang terus bertsmbs
hinggs kini. Namun fisafat baru ini sama sekali bukan hal yang baru.
Menurut Francis Bacon bahwa pengetahuan yang sebenarrnya adalah pengetahuan yang diterima orang
melalui persentuhan indrawi dengan dunia fakta. Pengalaman merupakan sumber
pengetahuan sejati. Kata Bacon selanjutnya, kita sudah terlalu lama dipengaruhi
oleh metode deduktif. Dari dogma-dogma di ambil kesimpulan, itu tidak benar,
haruslah kita sekarang memperhatikan yang konkret nebgelompokan, itulah tugas
ilmu pengetahuan.
c.Thomas Hobbes
Thomas Hobes lahir di Inggris pada tahun 1558 M. Dia
adalaah putra dari pastor yang membangkang dan suka berdebat. Keluarganya
terpaksa keluar dari daerahnya akibat dari situasi yang kurang endukung. Thomas
Hobes adalah sosok yang cerdas. Terbukti pada umur 6 tahun sudah menguasai bahasa yunani dal latin
dengan mahir dan pada umur yang ke-15 tahun sudah belajae di Oxford University.
Orang pertama pada abad ke 17 yang mengukuti aliran empirisme di Inggris adalah
Thomas Hobes(1588-1679). Jika Bacon lebih berarti dalam bidang metode
penelitian, maka Hobbes dalam bidang doktrin atau ajaran. Hobbes telah menyusun
suatu system yang lengkao berdasar kepada empirisme secara konsekuen. Meskipun
ia bertolak pada dasar-dasar empiris, namun ia menerima juga metode yang
dipakai dalam ilmu alam yang bersifat matematis. Ia telah mempersatukan
empirisme dengan rasionalisme matematis. Ia telah mempersatukan empirisme
dengan rasionalisme dalam bentuk suatu filsafat materialitis yang konsekuen
pada zaman modern.
Menurut Hobbes, tidak semua yang di amati pada benda-benda itu adalah
nyata, tetapi yang benar-benar nyata adalah gerak dari bagian-bagian kecil
benda-benda itu. Segalah gejala pada benda yang menunjukan sifat benda itu
ternyta hanya perasaan yang ada pada si
pengamat saja. Segalah yang ada ditentukan oleh sebab yang hukumnya
sesuai dengan hokum ilmu pasti dan ilmun alam. Dunia adalah keseluruan sebab
akibat termasuk situasi kesadaran kita. Hobbes memandang bahwa pengenalan
dengan akal hanyalah mempunyai fungsi mekanis semata-mata. Ketika melakukan
proses penjumlahan dan pengurangan misalnya, pengalaman dan akal yang
mewujudkanya. Yang dimaksud dengan pengalaman adalah keseluruan atau totalitas
pengamatan yang disimpan dalam ingatan atau digabungkan dengan sesuatu
pengharapan akan masa depan, sesuai dengan apa yang telah diamati pada masa
lalu. Pengamatan indrawi terjadi karenagerak benda-benda di luar kita
menyebabkan adanya suatu gerak didalam indra kita. Gerak ini diteruskan ke otak
kita kemudian ke jantung. Didalam jantung timbul reaksi, yaitu suatu gerak
dalam jurusan yang sebaliknya. Pengamatan yang sebenarnya terjadi pada awal
gerak reaksi tadi. Hobbes menyatakan bahwa tidak ada yang universal kecuali nma
belaka. Konsekuensinya ide dapat digambarkan melalui kata-kata. Dengan kata
lain, tanpa kata-kata ide tidak dapat di gambarkan. Tanpa bahasa tidak ada kebenaran atau kebohongan.
Sebab, apa yang dikatakanbenar atau tidak benar itu hanya sekedar sifat saja
dari kata-kataa. Setiap benda diberi nama dan membuat ciri atau identitas
didalam pikiran orang.
Menurut
Thomas Hobbles yang berpendapat bahwa pengalaman indrawi sebagai permulaan
segala pengenalann. Hanya sesuatu yang dapat disentuh dengan indralah yang
merupakan kebenaran. Pengetahuan intelektual(rasio) tidak lain hanyalah
merupakan pengabungan data-data indrawi belaka.
Hobbes membantah Descrates yang mengatakan bahwa jiwa adalah substansi
rohani. Menurutnya seluru dunia termasuk manusia merupakan suatuprosesysng
berlangsung dengan tiada henti-hentihnya berdasarkan hokum mekanis. Filsafat
Hobbes mewujudkan suatu system yang lengkap mengenai keterangan tentang “yang
ada” secara mekanis. Dengan demikian ia merupakan seorang materialis pertama
dan filsafat modern. Pokok-pokok pandangan Hobbes:
Materialism :segalah sesuatu yang ada itu bersifat
materi, segalah kejadian berlangsung secara keharusan dan mekanis.
Manusia: adalah tidak lain dari pada sesuatu tidak lain
dari pada sesuatu bgian alam bendawi. Oleh karena itu segalah sesutunyang
terjadi pada diri manusia adalah perjalanan secara mekanis. Manusia itu hidup
selama darahnya beredar dan jantungnya berdenyut yang disebabkan karena
pengaruh mekanis dari hawa atmofer. Dengan demikian manusia hidupn tiada lain
adalah gerak anggota tubuh.
Jiwa : menurut Hobbes jiwa adalah proses mekanis didalam
tubuh. Akal bukanlah pembawaan melainkan hasil perkembangan dan pengalaman yang
di perolehnya.
d. David Hume
david Hume lahir pada tahun 1711 dan wafat pada tahun 1776. Hume adalah
pelopor para empiris, yang percaya bahwa selurupengetahuan tentang dunia
berasal dari indra. Menurutnya ada
batasan-batasann yang tegas tentang bagaimana kesimpulan dapat di ambil melalui
persepsi indra. David Hume lah aliran empirisme memuncak. Empirisme mendasarkan
pengetahuan bersumber padaa pengalaman, bahkan rasio. Hume memilih pengalaman
sebagai sumber utama pengetahuann. Pengetahuan itu dapat bersift lahiriah dan
dapat pula bersifatt batiyah. Oleh karena itu pengenalan indrawi merupakann
bentuk pengenalan yang paling jelas dan sempurna. Dua hal yang di cermati oleh
Hume adalah substansi dan kausalitas. Hume tidak menerima substansi, sebab yang
di alami manusia hanya kesan-kesan saja tentang beberapa ciri yang selalu ada
bersama-sama. Dari kesan muncul gagasan.
Kesann adalaah hasil enginderaan langsung
atas realitas lahiriah, sedangkan gagasan adala ingatan akaan
kesan-kesan.
Pemikiran empirisnya terakumulasi dalam ungkapanya yang
singkay yaitu “I never catch my self at any time with out a perception” ( saya
selalu memiliki perseosi pada setiap pengalaman saya). Dari ungkapan ini Hume
menyampaikan bahwa seluru pemikiran dan pengalaman tersusun dari
rangkaian-rangkaian kesan (impression). Pemikiran inni lebih maju selangkah dalam merumuskan bagaimana
sesuatu penggetahuan terangkai dari pengalaman, yaitu melalui suatu intuisi
dalam diri manusia (impression, atau kesan yang disistematiskan) dan kemudian
menjadi pengetahuan. Disampng itu pemikiran Hume inni merupakan usaha analisias agar empirisme dapat
di rasionalkan terutama dalam pemunculan ilmupengetahuan yang di dasarkan pada pengamatan ( observasi) dan uji
coba (eksperimentasi), kemudian menimbulkan kesan-kesan, kemudian
pengertian-pengertian dan akirnya pengetahuan.
Jenis pengetahuan menurut Hume
Pengtahuan biasa tingkat nawah mengenai alaam kasat mata, alam yyaang berubah –ubah menurut
plato di sebut opini sejati dan descrates menanakan ide pemikiran indra yang
membingungkann.
Bagi plato da
Decrates ada tingkatan tingginpengetahuann dengan penalaran seabagai sumbernya
dan enciptakan kepastian.
Hume
membantah kedua jenis pengetahan tersebut, pemikiran bahwa ada jenis
pengetahuan tingkat atas yang bisa dicapa filsuf dengan akalya, pengetahuan
realitasnya, pengetahuan metafisika adalah keelirru dan hanyailusi.
v Kata Hume kita tidak akan pernah tau alam realitas ng
sebenarnya adalah penjahat dan sangat bodoh, karena apa yang di ketaahui manusia terbatas pada persepsi panca
indra. Pemikiran manusia itu terbatas, sesuatu yang di cari metafisika
immi tidak akan diketahui. Hume
mengatakan bahwa doktrin dasar atas metafisika bahwa ada dua jenis pengetahuan yaitu:
v
Pengetahuann
biasa dengan persepsi panca indra.
v
Pengetahuan
mtafisika tingkat tinggi dengan pemikiran atau akal adalah omong ko
song.
Dan dapat di simpulkan bahwa menurut Hume pengetahan adalah sumber dari
semua pengalaman dan indera sebagaidasaarnya. Dimana dia juga menokal
kausalitas, karena akal hanya kesesuaian antara perbuatan tertentu denga de
facto. Hume juga mengkritik keras mengenai
adanya Tuhan, dia beranggapan bahwa orang menyakini adanya Tuhan hanya
karena rasa taakut semata,dan gagasan otomis kira yang berkaitan dengan kesan,
terkait atau bergabung dengan menggunakan tiga hokum penggabungan yang
merupakan kekuatan yang lembut yang memaksa kita menggabungkan satu gagasann
dengan gagasan laainya.
e.Gorge Berkeley (1665-1753)
Sebagai penganut empirisme,GB merancangkan teorinyang di namakan
immaterialisme atas dasar prinsip- prisip empirime. Jika Locke masih menerima
substansi-substansi diluar manusia, GB berpendapat bahwa sama sekalimtidak ada
substasi-substansi material, yang ada, bahwa dunia materi sama saja dengan
ide-ide yang di alami manusia.
Sebagaimana dalam bioskop, gambar-gambar film pada layar putuh yang di lihat para
penoton sebagai benda-benda yang ril dan hidup. Demikian pula menurut pemikiran
GB, ide-ide membuatnya melihat suatu dunia materil.
GB mengakui bahwa dirinya meruoakan suatu substansi rohani. GB juga
mengakui adanya Tuhan, sebab Tuhanlah yang merupakan asal-usul ide-ide yang
dilihat. Jika manusia mengatakan bahwa Tuhan menciptakan dunia, yang di maksud
bukan berarti ada suatu dinia di luar manusia, melainkan bahwa Tuhan memberi
petunjuk atau mempertunjukan ide-ide kepada manusia. Jika di pahami bahwa perbandingan wujud ini dengan film seperyi yang disebu, maka boleh di teruskan bahwa
Tuhanlah yang memutar film itu dalam batin manusia.
1.4. Implementasi Bagi Perkembangan Studi keilmuan
Empirisme memiliki andil yang besar dalam ilmu, yaitu dalam mengembangan
berpikir induktif. Dalam ilmu
pengetahua, sumbangan utama adalah lahirnya ilmu pengetahuam modern dan
penerapan metode ilmiah untuk membangun pengetahuan social, terutama dalam
konteks perdebatan apakah ilmu penhetahuannn social itu berbeda dengan ilmu
alam, sejak saat itu empirisme menepati tempat yang terhormat dalam metodologi
ilmu pengetahuan social. Acapkali
empirisme di paralelekan dngan tradisi positivism. Namun demikian keduanya
mewakili pemikiran filsafat ilmu yang berbeda. Sedangkan dalam islam, empirisme
dalam islam mempunyai peran penting dalam pengembangan ilmu pengetahuan seperti
ilmu Fiqh ang berbasis empiris, yaitu ibadah umalah, shalat, dan zakat puasa.
Empirisme lahir dan terjebak kepada afirmasi rasio praksisi dan menegasikan rasio murni sehingga
muncul dogmatism empiris sendiri, terlebih dengan membangun
kecurigaan/ketidakpercayaan/menegasikan (skeptisis) terhadap episteme yang
lainya telah banyak di anut oleh pendidikan modern, inilah bukti kenaifanya.
Dampak epistemology dari empirisme diantaranya adalah sebagai berikut:
1.Terjadinya pemisahan antara bidang sankral dan bidang
duniawi, misalnya pemisaan antarara agama dan Negara, agama dan politik tau
pemisahan materi dan roh yang berwujud dalam seorang ahli fisika atau ekonomi
tidak akan berbicara agama dalam karya ilmiah mereka, sementara fisika dan
ekonomi di reduksi menjadi angka-angka, materi dan ruh tampak tidak kompatebel
dimata mereka.
2. kecenderungan kearah reduksionisme, materi dan benda
di reduksi kepada elemen-elemenys. Ini tampak pada fisika Newton, sama halnya
dengan homo ekonomi-kus dalam ekonomi modern. ( dua hal ini pengarus sejarah
rasionalisme empirisme).
3. pemisaan antara subyektivitas dan obyektifitas,
misalnya dalam ilmu social hal yang merupakan debuku obyektif adalah
keniscayaan yang mengarah kepada realitas pasti, (pengaruh positivsne
pengetahuan yang berujung pada stayusquo higga dominasi kebenaran).
4. antroposentrisme, ini tampak dalam konsep demokrasi
dan individualism ( ini merupakan pengaruh dari rasionalisme Redenscrates
dengan jargon individu bebas atau subyekmanusia akan menjadi sentral peradaban
dunia).
5. progresivsme, di wakili oleh Marx, tetapi juga di
yakini secara luas seperti pada kemajuan ilmu pengetahuan dan obat-abatan.
Dalam hal ini terlepas dari keunggulan aliran empirisme ini, masih ada
begitu banyak keleahan dari liran ini. Prof. Dr/Ahmad Tafsir mengkritis
empirisme atas empat kelemahan, yaitu:
Indera terbatas, benda yang jauh kelihatan kecil padahal
tidak. Keterbatasan kemampuan indrraninindapat melaporkan obyek tidak sebagaimana adanya.
Indera menipu, pada orang sakit malaria, gula rasanya
pahit, nudara panas di rasakan dingin. Ini
akan menimbuklak pengetahuan empiris yang salah juga.
Obyek yang menipu, contohnyanilusi, fatamorgana. Jadi
obyek inni sebenarnya tidak sebagaimana
ia di tanglkapolehbalat indra, ia membihongi indera. Ini jelas dapat menimbulkan pengetahuan indrawi yang
salah.
Kelemahan ini berasal dari indera dan obyek
sekaligus. Dalam hal inni indera (di sisi met) tidaknmampu melihat
seekor kerbau secara keseluruan dan kerbau juga tidak dapat memperlihatkan
badanya secara keeluruan.
Metode empiris tidak dapat diterapkan di semua ilmu, juga menjadi kelemahan
aliran ini, metode empiris mempunyai lingkup khasnya dan tidak bisa di terapkan
dalam ilmu lainya. Misalnya dengan menggunakan analisi filosofis dan rasional.
Filosuf tidak bisa mengungkapkan benda terdiri atas timbunan molekul atom,
bagaimana kompoosisi kimiawi suatu mahlik hidup, apa penyebap dan obat rasa
sakit pada binnatang dan manusia. Disisi lain seluru obyek tidak bisa di pecahkan lewat pengalaman
inderawi seperti hal-hal yang immaterial karena pokok permasaahan yang dikaji
filsafat mencakuo tiga segi, yakni apa yang di sebut salah ( logika), mana yang
di anggap baik dan mana yang di nggap
buruk (etika), serta apa yang termasuk indah dan apa yang termasuk jelek
(estetika).
1.5. Pengaruh Dan Peranan Empirisme untuk Pendidikan
sekarang
Sejalan dengan pengembangan ilmu pengetahuan, pendidikan
memiliki nuansa berbeda antara suatu daerah dengan daerah laiya, sehingga
banyak bermunculan pemikiran-pemikirn yang di anggap sebagai penyesuaian proses
pendidikan dengan kebutuhan yang di perlukan. Karena banyaknya teori yang di kemukaakan
yang bermuara pada munculnya aliran pendidikan. Dan dengan berkembangnya zaman
muncul juga beberapa metode dan aliran dalam pendidikan yang di kenal dengan
istilah pendidikan konteporer. Dan sering berjalanya waktu teori juga akan
terus berkembang.
Aliran empirisme merupakan salah satu aliran dalamm filosof yang menekankan
peranaan pengalaman dalam memperoleh pengetahuan serta pengetahuan itu sendiri
dan mengecilkan peranaan akal. Filsafat empirisme tentang teori makna amat
berdekatan dengan aliran positivsme logis dan filsaf Ludwig Wittegenstein. Akan
tetapi teori makna dan empirisme selalu harus di pahami lewat penafsiran
pengalaman. Oleh karena itu bagi orang empiris, jiwa dapat dipahami sebagai
gelombang pengalaman kesadaran, materi sebagai pola jumlah yang dapat di indra,
dan hubungan kausalitas sebagai urutan peristiwa yang sama.
Penganut empirisme berpandangan bahwa pengalaman merupakan sumber
pengetahuan bagi manusia, yang jelas mendahului rasio. Tanpa pengalaman rasio
tidak memiliki kemampuan untuk memberikan gambaran tertentu. Kalaupun
menggambarkan sedemikian rupa, tanpa pengalaman hanyalah belaka.
Dalam pendidikan pengembangan pembelajaran empirisme bejalan secara
teratur, karena pada dasarnya pengembangan di sini mengandung pengertian cara
membuat tumbuh secara teratur, untuk menjaikan sesuatu lebig besar, lebih
baik,, lebih efektif, dan sebagainya, selanjutnya pengembangan sisitem
mengandung maksud dan cara membuat penjabaran, pelengkapan komponen system agar
setiap komponen dapat tumbu. Ely mengemukakan pendapatya bahwa pengembangan
system pembelajaran berarti suatu proses secara sistematis dan logis untuk
mempelajari problem-problem pembelajaran agar dapat pemecahan yang teruji
validalitasnya, dan praktis bisa di laksanakan. Istilah yang berhubungan dengan
pengembangan pembeajaran ialah system instruksional dan desain intruksional.
System intruksional adalah semua materi (konsep) pembelajaran dan metode yang
telah di uji dalam praktek yang di persiapkan untuk mencapai tujuan dengan
keadaan yang sebenarnya. Adapun yang dimaksud dengan disain instuksional adalah
keseluruan proses analisi kebutuhan dan tujuan serta pengembangan tehnik
mengajar dan materi pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Dalam
kegiatan ini termasuk paket pengembangan pembelajaran, kegiatan mengajar, uji
coba, dan revisi serta kegiatan evaluasi
hasil belajar.
Jadi dapat di simpulkan bahwa antaraa pengembangan system
pembelajaran denga system intruksional ada kesamaan dan keterkaitan. Pengembangan
system pembelajaran menekankan pada proses yang sistematis dan logis.
System
intruksional menekankan pada materi, metode dan disain instruksional menekankan
pada kebutuhan, tujuan, tehni, materi pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan
tersebut. Keterkaitan ini mengarah pada tujuan yang ingin dicapai yaitu tujuan pembelajaran.
Empirisme memegang peranaan yang amat pentinh bagi pengetahuan, malah
barang kali merupakan satu-satunya sumber dan dasar ilmu pengetahuan menurut
penganut empirisme. Pengalaman indrawi sering di anggap sebagai pengadilan yang tertinggi. Berbeda dengan
rasionalisme dengan titik tumpu pengetahuan berdasarkan rasio yang memang menempel secara alami, maka kita
akan menemukan perbedaan tajam dengan alairan yang satu ini, yaitu empirisme.
Aliran ini menegaskan bahwa pengetahuan
manusia berddasarkan pengalalaman. Contoh aliran empirisme adalah teori a
posteriori yang menyatakan bahwa semua kebenaran yang didapatkan lewat
observasi atau pengamatan. Pengamatan ini sudah tentu melibatkan pengalaman
indra pada diri sseorang sehongga termasuk dalam cakupan aliran empirisme.
Dalam kehidupan sehari-hari, wujud aliran empirisme ini adalah ketika seseorang
memperoleh kepandaian atau pengetahuan dari pengalaman yang dia jalani, kepandaian
atau kecakapan atau pengetahuan tersebut bukan muncul beegitu saja pada
dirinya.
1.5. Penerapan Empirisme Dalam Pendidikan IPS
Pengalaman
sebagai sumber ilmu pengetahuan dan kekuatan dalam pembagunan manusia sudah tampak
pada abad ke IV SM. Gagasan pendidikan
berbasis pengalaman (experiential Eduction) atau yang di sebut” learning be
Doing” memiliki sejarah panjang. Awalnya, para guru outdoor menyebut
experiential education sebagai gaya belajar di luar ruangan. Senada dengan itu,
program pendidikan petualangan, yang berlangsung di luar ruangan (outdoor),
memanfaatkan pengalaman di dunia nyata untuk mencapai tujuan belajarnya.
Pemikiran mengenai pendidikan berbasisi pengalaman semakin berkembang dengan
munculnya karya Jhon Dewey (1938) yang megungkapkan pentingnya pembelajaran
melalui pengalaman sebagai landasan dalam menetapkan pendidikan formal. Model
pendidikan ini terus berkembang, hingga pada tahun 1977 berdiri association for
experiential education.
Experiential learning merupakan falsafah dan metodologi
dimana pendidik terlibat langsung dalam memptivasi peserta didik dan rflejsi difokuskn untuk meningkatkan
pengetahuan dan mengembangkan keterampilan. Experiential learning mendorong
siswa dalam aktivitasnya untuk berpikir lebih banyak, mengekspor, bertanya,
membuat keputusan, dan menerapkan apa yang telah mereka pelajari.
Experiential learning adalah suatu
pendekatan yang di pusatkan pada
siswa yang di mulai dengan landasaan pemikiran bahwa orang- orang belajar
terbaik itu dari pngalaman. Dan untuk pengalaman belajar yang akan benar- benar
efektif harus enggunakan seluru roda belajar, dari pengaturan tujuan, meakukan
observasi dan eksperimen, memeriksa
ulang, dan perencanaan tindaakan. Apabila proses ini telah di lalui
memungkinkan siswa utuk belajar keterampilan baru, sikap baru bahkan cara
berpikir baru
Dalam merancang pelatihan experiental learning, ada 4
tahapan yang harus dilalui yaitu:
Ø
Experiencing,
tantangan pribadi atau kelompok
Ø
Reviewing,
meggali individu untuk mengkomunikasikan pembelajaran dari pengalaman yang di
dapat.
Ø
Concluding,
menggambarkan kesimpulan dan kaitan antara masa lalu dan sekarang.
Ø
Planning,
menerapkan hasil pemblajaran yang di alaminya.
Menurut Mardana (2005) belajar dari pengalaman mencakupketerkaitan antara
berbuat dan berpikir. Jika seseorang terlibat aktif dalam pross belajar, maka
orang itu akan belajar jauh lebih baik. Hal ini di karenakan dalam prosess belajar tersebut
pembelajar secara aktif berpikir tentang apa yang di pelajari dan kemudian bagaimana menerapkan
apa yang telah dinnpelajari dalam situasi nyata.
Sedangkan Alterton (2002) mengemukakan bahwa dalam konteks belajar,
pembelajaran berbasis pengalaman dapat di
deskripsikan sebagai proses dimana pengalaman belajar di refleksikan
secara mendalam dan dari sini muncul
pemahaman baru atau proses belajar.
Model pembelajaran
semacam ini memberikan kesempatan kepada
siswa untuk melakukan kegiatan-kegiatan belajar secara aktif. Lebih lamjut,
Hamalik menyatakan bahwa pembelajaran berdasarkan pengalaman memberi seperangat
atau serangkaian situasi belajar dalam bentuk keterlibatan pengalamaa=n yang
sesungguhnya yang di rancang oleh guru. Cara ini mengarahkan siswa untuk mendapatkan penglaman
lebih banyak melalui keterlibatan secara aktif dan personal, di bandingkan bila mereka nhanya
membaca satu materi atau konsep. Dengan demikian, belajar berrdasarkan
pengalaman lebih berpusat pada pengalaman belajar siswa ang bersifat terbuka
dan siswa mampuu membimbing dirinya sendiri.
Berdasarkan pendapat diatas data dipahami bahwa penerapan model
experiential learning dapat membatu sisiwa dalam membangunn pengetahuanya
sendiri. Seperti halnya model pembelajaran lainya, dalam menerapkan model
experiential learning. Guru harus
memperbaiki prosedur agar pembelajaranya berjalan dengan baik. Hamalik (2001),
mengungkapkan beberapa hal yangb harus di perhatikan dalam model pembelajaran
experiental learning adalah sebagai berikut:
Guru merumuskan secara saksama suatu
rencana pengalaman belajar yang bersifat terbuka (open minded) yang
memiliki hasil-hasil tertentu.
Guru harus bisa memberikan rangsangan dan motivasi.
Siswa dapat bekerja secara individual atau bekerja dalam
kelompok- kelompok kecil/keseluruan kelompok di dalam belajar berdasarkan
pengalaman.
Para siswa di tempatkan pada
situasi-situasi nyata, maksudnya siswa mampu memecahkan masalah dan bukan dalam
situasi pengganti. Contohnya didalam kelompok kecil, siswa membuat
mobil-mobilan dengan mengguanakan potongan-potongan kayu, bukan menceritakan
cara membuat mobil-mobilan.
Siswa aktif berpatisipasi di dalam pengalaman yang
tersedia, membuat kepeutusan sendiri, menerima konsekuensi berdasarkan
kepeutusan tersebut.
Keseluruan kelas menceritakan kembali tentang apa yang
didalam yang sehibungan dengan mata pelajaran tersebut untuk memperluas
pengalaman belajar dan pemahaaman siswa dalam melkukan pertemuan yang nantinya
akan membahas bermacam-macam pengalaman tersebut.
Selain beberapa hal yang harus di perhatikan dalam model pembelajaran
experiental learning, guru juga harus memperhatikan metode belajar mlalui
pengalamana ini, yaitu meliputi tiga hal berikut:
Strategi belajar melalui pengalaman
berpusat pada siswa dan berorientasi pada aktivitas. Penekanan dalam strategi
belajar melalui pengalaman adalahnproses belajar, dan bukan hasil belajar.
Guru dapat menggunakan strategi ini dengan
baik didalam kelas maupun dilluar kelas.
Oleh karena itu, model pembelajaran experiental learning disusun dan
dilaksanakan dari hal-hal yang dimiliki oleh peserta didik. Prinsip inipun
berkaitan dengan pengalaaman didalam melaksanakan tugas dan pembelajaran serta
dalam cara-cara belajar yang bisa di lakukan oleh peserta didik
Metode ini akan bermakna tak kalah pembelajar berperan serta dalam
melakukan kegiatan, kemudian mereka mendapatkan pemahaman serta menuangkan
dalam bentuk lisan natu tulisan sesuai
dengan tujuannpembelajaran.
Langkah menantang bagu guru, dalam experiental learnig
adalah memikirkan atau merancang aktivitas pengalaman belajar seperti apa yang
harus terjadi pada diri siswa baik individu maupun kelompok. Aktifitas
pembelajaran harus berfokus pada peserta belajar (student-centered learning).
Dengan demikian, apa yang harus kita lakukan, apa harus kita sampaikan, harus
secara detail kita rancang dengan baik.
Begitu pula dengan media dan alat bantu pembelajaran lain yang dibutuhkan
juga harus benar-benar telah tersedia dan siap untuk di gunakan. Metode
expeiental harus kita sampaikan, harus secara detail kita rancang dengan baik.
Begitu pula dengan media dan alat bantu pembelajaran lain yang dibutuhkan
juga harus benar-benar telah tersedia dan siap untuk di gunakan. Metode
expeiental learning tidak hanya memberikan wawasan pengetahuan konsep-konsep
saja. Numun juga memberikann pengalaman yang nyata yang membangun keterampilan
melalui penugasan nyata. Selamjutnya,
metode ini akan mengakomodasi dan memberikan proses umpan balik serta evaluasi
antara hasil penerapn dengan apa yang seharusnya di lakukan.
Dengan demikian, dari pernyataan-pernyataan di atas fapat diambil sebuah
pengertian bahwa experiental learning adalah suatu metode proses belajar
mengaar yang mengaktifkan pembelajar untuk membangun pengetahuan dan
keterampilan melalui pengalamnya secara langsung. Dalam hal ini, experiental
learning menggunakan pengalaman sebagai katalisator untuk membantu pembelajar
mengembangkan kapasitas dan kemampuanya dalam proses pembelajaran sehingga
pembelajarvterbiasa berpikir kreatif. Peran guru dalam pembelajaraan ini daalah sebagai fasilitator.
BAB III
PENUTUP
3.1.Kesimpulan
Kesimpulan pada makalah ininndalah sebagai berikut:
1.Empirisme adalah aliran yang menjadikan pengalaman sebagai sumber
pengetahuan, dimana disini beranggapn bahwa pengetahuan yang ada di peroleh
melalui pengalaman dengan cara onservasi/penginderaan.
2.Empirisme lahir sebgai kritik dan kepuasan metodev yang
di paki rasionalisme dalam mencari
kebenaran.
3.Ada dua ciri pokok empirisme, yaitu mengenai teori
tentang makna dan teori tentang
pengetahuan
4.Tokoh-tokoh empirisme antara lain Jhon locke, Thomas
Hobbes,David Hume, Francis Bacon, Gorge Berkeley.
5.Empirisme memiliki peran yang sangat penting dalam
pengetahuan, di mana dalam pengembangan berpikir deduktif.
6.Empirisme sudah di terapkan secara luas dalam ilmu pengetahuan, salah satunya adalah ilmu
pendidikan IPS.
3.2. Saran
Sebaiknya mulai ari sekarang, kita harus lebih banyak
mempelajari aliran empirisme ini, agar kita dapat lebih mengetahui petingnya
pengalaman sebagai sumberbpengetahuan. Denan begitu setiap pengalaman yang ada
dapat menjadi pelajaran untuk kita dan mampu menyadarkan kita bahwa waktu rak
dapat di lewatkan begitu saja tanpa adanya pengalaman yang luar bisa yang mampu
membangun dan merubah diri kita untuk menjadi yang lebih baik.
Daftar Pustaka
Adisusilo, Sutarjo. 1983. Problematika Pengembangan
Ilmu Pengetahuan. Yogyakarta :Yayasan Kanisius.
Prof. Dr. Pidarta, Made. 2007. Landasan Kependidikan: Stimulasi Ilmu Pendidikan Bercorak Indonesia.
Jakarta: Rineka Cipta.
Russell, Bertrand. 2002. Sejarah Filsafat Barat. Yogyakarta: pustaka pelajar.
Baktiar, Amsal. 2012. Filsafat
Ilmu. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Tirtarahardja, Umar. 2000. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Awi Anastaya.2016. Tokoh- tokoh Empirisme. Jurnal Pendidikan. 11(4): hlm
10-18.
Riayani Syari. 2015.Pandangan Empirisme dan konsep dasar
pengetahuan. Jurnal Publikasi. 10(3): hlm 26-34.
Hamdi muhamad. 2014. Paham Empirisme. Jurnal pendidikan.
11(2): hlm 18-23.
Alwi Putra. 2007. Pegembangan konsep aliran empirisme
modern. Jurnal Pendidikan 9(2): hlm 8-14.
Rafika Anjelina. 2010. Metode Dan Strategi Pembelajaran.
Jurnal Pendidikan.14 (4): hlm 24-32.
Komentar
Posting Komentar