MAKALAH PENDIDIKAN


MAKALAH ILMU PENDIDIKAN TEORITIS
PENERAPAN ALIRAN EMPIRISME DALAM PENDIDIKAN

Description: Description: Description: Description: Description: C:\Users\USER\AppData\Local\Microsoft\Windows\Temporary Internet Files\Content.Word\IMG-20200229-WA0028.jpg
OLEH
YULIANA NDAHONG (19106019)





FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIKA SANTU PAULUS
RUTENG

KATA PENGANTAR
       Puji syukur atas kehadirat Tuhan yang Maha Esa, yang memberikan kesehatan dan kesempatan kepada saya untuk dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat waktu. Tidak lupa juga saya ucapkan terimakasih kepeda teman-teman yang telah berkontribusi dalam menyelesaikan makalah ini, dengan memberikan sumbangan pemikiran maupun materinya.
      Saya berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca, sebagai wadah penambah ilmu pengetahuan dan pengalaman dan mampu memberikan pengaruh secarah nyata dengan mempraktekannya dalam kehidupan sehari- hari
     Terlepas dari harapan yang ada, masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini, de  ngan keterbatasan pengetahuan dan pengalaman saya. Dengan begitu sangat di harapkan kritik dan saran yang mampu membangun demi pengembangan dan kesempurnaan makalah ini.

Ruteng, 29 Februari 2020


Penyusun

(Yuliana Ndahong)




DAFTAR ISI
.Kata Pengantar
Daftar Isi
1.Bab 1 Pendahuluan
     1.1Latar Belakang
1.2. Rumusan Maslah
1.3. Tujuan
1.4. Manfaat
2. Bab 2 Pembahasan
2.1. Pengertian Empirisme
2.2. Kemunculan Dan perkembangan empirisme
2.3. Konsep pemikiran empirisme
2.4. Tokoh Empirisme
2.5. Implementasi bagi perkembangan studi keilmuan
2.6. Pengaruh  Dan Manfaat Empirisme untuk Pendidikan sekarang
2.7. penerapan empirisme dalam pendidikan IPS
3. Bab 3 Penutup
3.1. Kesimpulan
3.2. sara
4.Daftar Pustaka

BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
     Tradisi pemikiran barat dewasa ini merupakan paradigm bagi perkembangan budaya Barat dengan implikasi yang sangat luas dan mendalam di semua segi dalam kehidupan. Memahami tradisi pemikiran barat sebagaimana tercermin dalam pandangan filsafatnya merupakan kearifan tersendiri, karena kita akan dapat  melacak segi-segi positifnya yang layak kita tiru dan menemukan sisi-sisi negatifnya untuk tidak kita ulangi.
     Kemunculan sebuah pemiiran tidak bisa lepas dari nilai yang mempengaruhi dari peristiwa dan pemikiran yang hidup dan berkembang sebelumnya. Juga halnya dengan empirisme, konsep pengetahuan ini tidaklah berada pada ruang hampa yang tidak mengakar pada realitas pemikiran sebelumya.
Empirisme telah menyumbang banyak hal dalam ilmu pengetahuan.  empiris      mengkuduskan eksperimen dan pemahaman ilmiah, dan mengumumkan dengan sangat bangga bahwa mereka tidak mempercayai gagasan apapun selaa belum di tetapkan dengan eksperimen dan dibuktikan dengan secara empiric.
       Oleh karena itu, saya mengambil materi empirisme dalam makalah ini agar dapat mengetahui pengertian empirisme, kemunculan dan perkembangan empirisme, konsep pemikiran empirisme, tokoh-tokoh empirisme, implementasi bagi perkembangan keilmuan,   pengaruh serta manfaat empirisme untuk pendidikan sekarang, dan penerapan empirisme dalam pendidikan IPS.

2.2. Rumusan Masalah
1..Apa pengertian Empirisme?
2. Bagaimana kemunculan dan perkembangan Empirisme?                                            
3. Bagaimana konsep pemikiran Empirisme?
4. Siapa sajakah tokoh Empirisme?
5. Bagaimana implementasi bagi perkembangan studi keilmuan?
6.Apa pengaruh dan manfaat empirisme untuk pendidikan sekarang?
7. bagaimanakah penerapan Empirisme dalam pendidikan ips?
2.3. Tujuan
1.untuk mengetahui pengertian empirisme
2.untuk mengetahui kemunculan dan perkembangan empirisme
3.untuk mengetahui konsep pemikiran empirisme
4.untuk mengetahui tokoh- tokoh empirisme
5.untuk mengetahui implementasi bagi perkembangan studi keilmuan
6.untuk mengetahui pengaruh dan manfaat empirisme bagi pendidikan sekarang.
7.untuk mengetahui penerapan Empirisme dalam pendidikan ips
      1.4. Manfaat
1.Bagi penulis, meningkatkan pengetahuan dan melatih diri untuk bisa bertanggung jawab   Melatih kepercayaan diri sebagai bentuk pengembangan ilmu, melatih cara berpikir kritis Dan logis dalam menyelesaikan suatu persoalan.
2. Bagi pembaca, memperoleh informasi dan meningkatkan pengetahuan serta menjadi     refrensi Baru bagi pembaca dan sebagai sumber informasi dalam pengembangan ilmupengetahuan Dan praktik.



BAB II
PEMBAHASAN
1.Pengertian Empirisme
       Kaum empirisme adalah mereka yang mengkuduskan eksperimen dan pemahaman ilmiah, dan yang mengumumkan dengan sangat bangga bahwa mereka tidak mempercayai gagasan apapun selama belum ditetapkan dengan eksperimen dan dibuktikan dengan secara empiric. (mereka terus berkata) bahwa karena posisi teologi ini berkenan dengan persoalan goib diluar batas-batas indra dan eksperimen, maka kita wajib mengesampingkanya, dan berpaling kepada kebenaran dan pengetahuan yang di cerap dalam lapangan eksperimen. Eksperimen berasal dari kata yunani “empiria’’ yang berarti pengalaman indrawi. Karena itu empirisme dilibatkan kepada faham yang memilih pengalaman sebagai sumber utama pengenalan, baik pengalaman lahiriah yang menyangkut dunia maupun pengalaman batiniah yang menyangkut pribadi manusia. Seorang yang beraliran empirisme biasanya berpendirian bahwa pengetahuan di dapat melalui penampungan yang secara pasif menerima hasil-hasil penginderaan. Ini bearti bahwa semua pengetahuan. Penganut empirisme mengatakan bahwa pengalaman tidak lain akibat suatu objek yang merangsang alat-alat indrawi, yang kemudian di pahami di dalam otak dan akibat dari ransangan tersebut terbentuklah tanggapan-tanggapan mengenai objek yang merangsang alat-alat indrawi tersebut.
      Empirisme adalah aliran yang menjadikan pengalaman sabagai sumber pengetahuan. Aliran ini beranggaan bahwa pengetahuan di peroleh melalui pengalaman dengan cara observasi/ peninderaan. Pengalaman merupakan factor fundamental dalam pengetahuan, ia merupakan sumber dari pengetahuan manusia.
      Sehingga, tanpa adanya rangsangan dan informasi dari indera maka manusia tidak akan memperoleh pengetahuan apapun, karena indralah yang merupakan sumber utama pengetahuan dalam pandangan kaum empiris.
        Empiris adalah suatu doktrin filsafat yang menekankan peranaan pengalaman dalam me peroleh pengetahuan dan mengecilkan peranaan akal, melainkan di peroleh atau bersumber dari pnca indra manusia yaitu mata, lidah, telinga, kulit dan hidung.
Ajaran- ajaran pokok empirisme yaiyu:
·         Pandangan bahwa semua ide atau gagasan merupakan abstraksi yang di bentuk dengan mengabungkan apa yang dialami.
·         Pengalaman indrawi adalah satu-satunya sumber pengetahuan, dan bukan akal atau rasio
·         Semua yang kita ketahui pada akirnya bergantung pada data indrawi .
·         Semua pengetahuan turun secara langsung, atau disimpulkan secara tidak langsung dari kata indrawi ( kecuali beberapa kebenaran definisional logika dan matematika)
·         Akal budi sendiri tidak dapat memberikan kita pengetahuan tentang realitas tanpa acuan pada pengalaman indrawi dan penggunaan panca indra kita. Akal budi mendapat u=tugas untuk mengelolah  bahan-bahan yang diperoleh dari pengalaman.
·         Empirisme sebagai filsafat pengalaman, mengakui bahwa pengalaman sebagai satu satunya sumber pengetahuan.
        Di jelaskan juga empirisme ( Yunani Kuno), pengalaman adalah pengetahuan lansung berakar dalam data yang indrawi, yang tidak dialami berarti tidak adadan tidak dapat dikenal. Karena empirisme hanya membenarkan adanya pengalaman lewat panca indra, maka aliran ini dsebut sensualisme. Empirisme yang di maksud adalah lewat dari rasonalisme.
         Istilah sensualisme disini diambil dari kata sense (indra) yang berpendirian bagwa sumber pengenalan pengetahuan dengan segalah bentuknya adalah indra-indra bukan pikiran pikiran. Aliaran ini menitiberatkan pencerapan indra dikarena oleh bukan hanya karena pengelihatan, penginderaan dan sebagainya tetapi juga pengakaman batin
        Akal budi diagung-agungkan oleh rasionalisme, menurutnya adalah akal budi yang telah mengkombinasikan penginderaan pengalaman indrawi yang positifstis. Karena itu jalan yang ditempuh oleh rasionalisme adalah kurang tepat sebab system ini harus terlebih dahulu melalui empiris. Setiap manusia di lahirkan pada dasarnya aka belum berfungsi sebagaimana mestinya sebelum mendapatkan pengalaman.
Ada beberapa tokoh yang menjelaskan pengertian dari empirisme
1.Menurut  Bagus (2002)
      Empirisme secara etimologis berasal dari kata bahasa inggris empiricism dan experience. Kata- kata ini berakar dari kata bahasa yunani “empeiria” dan dari kata ‘’experietia’’ yang berarti pengalaman dalam “ berkenalan dengan”,”terampil untuk”.
     2.Menurut Lacey (2000)
      Berdasarkan akar atanya Empirisme adalah aliran dalam filsafat yang berpandangan bahwa       pengetahuan secara keseluruan atau parsial didasarkan kepada pengalaman yang menggunakan indera.
      3.Menurut Honer Dan Hunt (2003)
      Aliran ini tidak mungkin mencari pengetahuan mutlak dan mencakup semua segi, apalagi didekat kita terdapat kekuatan yang dapat dikuasai untuk meningkatkan pengetahuan manusia, yang meskipun bersifat lebih lambat namun lebih dapat diandalkan. Kaum empiris cukup puas dengan mengembangkan sebuah system pengetahuan yang mempunyai peluang besar untuk benar, meskipun kepastian mutlak tidak  akan pernah dapat dijamin.
     Kaum empiris memegang twguh pendapat bahwa pengetahuan manusia dapat dipeoleh lewat pengalaman. Jika kita sedang berusaha untuk menyakinkan seorang empiris bahwa sesuatu ada, dia akan berkata”tunjikan hal itu kepada saya”.
      Dalam persoalan mengenai fakta dia harus di yakinkan oleh pengalanya sendiri. Tokh yang di anggap sebagai benih dari empirisme adalah Aristoteles, seperti juga pada rasionalisme, maka pada empirisme pun terdapat banyak tokoh pendukungnya yang tidak kalah popular.
2.2. Kemunculan dan Perkembangan Empirisme
          Perjalanan empirisme yang di mulai dari Plato sampai Jhon Locke. Empirisme lahir sebagai kritik dn ketidakpuasan metode yanf di pakai rasionalisme dalam mencari kebenaran. Salah satu kritiknya adalah bahwa tidak sepenuhnya benar apa yang berasal dari akal, bahkan akal mungkin menipu dalam segalah pembuktianya. Namun rasionalisme pun tidak mau klah, mereka menentang  pemikiran kaum empirisme yang mengatakan bahwa akal merupakan factor fundamental dalam suatu pengetahuan. Menurut rasioanalisme, pengalaman tidak mungkin dapat menguji kebenaran hokum”sebab- akibat”. Para pemikir inggris bergerak kearah yang erbeda dengan tema yang rintis oleh Desrates. Mereka lebih mengukuti jejak Francis Bacon, yaitu aliran empirisme.
        Orang pertama pada abad ke 17 yang mengikuti aliran empirisme di inggris adalah Thomas Hobes (1588-1679). Jika Bacon lebih berarti dalam bidang doktrin dan ajaran, hobes telah menyusun suatu system yang  lengkap berdasar kepada empirisme secara konsekuen. Meskipun ia bertoalk pada dasar-dasar empiris, namun ia menerima juga metode yang di pakai dalam ilmu alam yang bersifat matematis. Ia telah mempersatukan empirisme dengan rasionalisme matematis. Ia menyatukanya dalam suatu bentuk filsafat materialis yang konsekuen pada zaman modern.
       Selanjutnya, tradisi empirisme diteruskan oleh Jhon Locke(1632-1704) yang untuk pertama kalinya menerapkan metode empiris kepada persoalan-persoalan tentang pengenalan-pengenalan/pengetahuan. Bagi Locke yang terpenting adalah menguraikan cara manusia mengenal. Locke berusaha menggabungkan teori- teori empirisme seperti yang di ajarkan Bacon dab Hobes dengan ajaran rasionalisme mengenai ide-ide dan asas-asas pertama yang di pandang sebagai bawaan manusia. Menurut dia segalah pengetahuan dating dari pengalaman dan tidak lebih dari itu. Peran akal pasif pada waktu pengetahuan di dapatkan. Oleh karena itu akal tidak  melahirkan pengetahuan dari dirinya sendiri.
         Ditangan empirisme Locke, filsafat mengalami  perubahan arah jika rasioanalisme Descrtes mengajarkan bahwa penetahuan yang paling berharga tidak berasal dari pengalaman, maka menurut Locke, pengalaman yang menjadi dasar bagi segalah pengetahuan.
        Pada abad ke-20 kum empiris cenderung menggunakan teori makna mereka pada penentuan apakah suatu konsep diterapkan dengan benar atau tidak. Bukan pada asal usul pengetahuan. Salah satu contoh penggunaan empirisme secara pragmatis ini ialah pada Charles Sander Peirce dalam kalimat “ Tentukanlah apa pengaruh konsep itu pada praktek yang dapat dipahami kemudian konsep tentang pengaruh itu, itulah konsep tentang objek tersebut”.
Terdapat beberapa jenis empirisme yaitu:
a.Empirio-Kritisme
disebut juga Machisme. Sebuah aliran filsafat yang bersifat subyektif-idealistik. Liran ini di dirikan oleh Avenarius dan Mach. Inti aliran ini adalah ingin “membersikan” pengertian pengalaman dari konsep substansi, keniscayaan, kausalitas dan sebagainya, sebagai pengertian aprori. Sebagai gantinya aliran ini mengajukan konsep dunia sebagai kumpulan jumlah elemenn-elemen netral atau sensasi-sensasi (pencerapan-pencerapan). Aliran inni dapat di kataakan sebagai kebngkitan kembali ide Barkeley dan Hume tetapu secara sembunyi-sembunyi, karena di tuntut oleh tuntunan sifat netral filsafat. Aliran ini juga anti metafisisk..
     b.Empirisme Logis
       analisi logis modern dapat di terapkan pada pemecahan pemecahan problem filosofis dan ilmiah. Empirisme logis berpegangan pada pandangan-pandangan berikut;
        Ada batas-batas bagi empirisme. Prinsip system logika formal dan prinsip kesimpulan induktif tidak dapat di buktikan dengan mengacu pada pengalaman.
Semua proposisi yang benar dapat di jabarkan ( direduksasikan) pada proposisi-proposisi mengenai data indrawi yang kurang lebih merupakan data indera yang ada seketika.
Pertanyaan-pertanyaan mengenai hakikat kenyataan yang terdalam pada dasarnya tidak  mengandung makna.
c.Empiris Radikal
      Suatu aliran yang berpendirian bahwa semua pengetahuan dapat di acak sampai pada pengalaman indrawi. Apa yang tidak  dapat di acak secara demikianitu,di anggap bukan pengetahuan. Soal kemungkinan melawan kepastian atau asalah kekeliruan melawan kebenaran telah enimbulkan banyak pertentangan dalam filsafat. Ada pihak yang belum dapat menerima pernytaan bahwa penyelidikan empiris hanya dapat memberikan kepada kita suatu pengetahuan yang belum pasti (probable). Mereka mengatakan bahwa pernyataan-pernyataan empiris, dapat di terima sebagai psti jika tidak ada kemungkinan untuk mengujinya lebih lanjut dan dengan begitu tak ada dasar untuk keraguan. Dalam situasi semacam itu, kita tidak hanya berkata, “aku merasa yakin ( I feel certain), tetapi aku yakin. Keompok falibisme akan menjawab bahwa taka da pernyataan empiris yang pasti karena terdapat sejumlah tak terbatas data insrawi untuk setiap benda, dan bukti-bukti tidaak dapt ditimba sampai habis sama sekali.
 1.3. Konsep Pemikiran Empirisme
          Ada dua ciri pokok empirisme, yaitu mengenai teori tentang makna dan teoro mengenai pengetahuan. Teori pertama, teori makna pada aliran empirisme  biasanya dinyatakan sebagai teori tentang asal pengetahuan, yaitu asal usul idea atu konsep. Pada abad pertengahan teori ini di ringkas dalam rumus Nihil est in intellectu quod not prius fuerit in sensu (tidak  ada sesuatu dalam pikiran kita selain didahului oleh pengalaman) sebenarnya pernyataan ini merupak tesis Locke yang terdapat di dalam bukunya, An essay Concerning Human Understanding, yang di keluarkanya takkalah ia menentang ajaran idea bahwa (innate idea) pada orang-orang rasionalis. Jiwa (mind) itu, takalah orang dilhirkan, keadaanya kosong, laksana kertas putih atau tabulah rasa, yang belum ada tulisan di atasnya, dan setiapide yang di perolehnya mestilah dating melalui pngalalaman, yamg di maksudkan dengan pengalaman di sini iaah pengaaman indrawi atau pengetahuan atau pengetahuan itu dating dari observasi yang kita lakukan terhadap jiwa (mind) kita sendiri dengan alat yang oleh Locke disebut inner sense ( pengindera dalam. Pada bad ke 20 kaum empiris cenderung mrnggunakan teori makna mereka pada penentuan apakah suatu konsep di terapkan dengan benar atau tidak, bukan pada asal usul pengetahuan. Salah satu contoh prnggunaan empirisme secara prgmatis ini ialah pada Charles Sander Peirce dalam kalimat “ Tentujanlah apa pengaruh konsep itu pada praktek yang dapat di pahami,kemudian konsep tentang pengaruh itu, itulah konsep tentang objek tersebut. Filsafat empirisme tentang teori makna amat berdekatan dengan aliran positivsme logis (logical positivism) dan filsafat Ludwig Wittgenstein. Akan tetapi, teori makna dan empirisme selalu harus di pahami lewat penfsiran pengalaman. Oleh karena itu, bagiorang empiris, jiwa dapat di pahami sebgai gelombang pengalaman kesadaran, materi sebagai pola (pattern) jumlah yang dapat di indera, dan hubungan kausalitas sebai  urutan peristiwa yang sama.
          Teori kedua, yaitu teori pengetahuan, dapat diringkaskan sebagai berikut: menurut orang rasionalitas ada beberapakebenaran umum, seperti “setiap kejadian tentu mempunyai sebab”, dasar-dasar matematiika, dan beberapa prinsip dasar etika, dan kebenaran-kebenaran itu benar dengan sendirinya yang diikena dengan istilah kebenaran apriori yang di peroleh lewat intuisi rasional. Empirisme menolak pendapat itu. Tidak ada kemampuan intuisi rasional itu. Semua kebenaran yang di sebut tadi adalah kebenaran yang di  peroleh lewat observasi jadi ia adalah kebenaran apisteriori.
1.Tokoh-Tokoh Empirisme
a.Jhon Locke(1673-1704)
        Jhon locke lahir tahun 1962 di Bristol inggris dan wafat pada tahun 1704 di Oates Inggris. Ia juga ahli politik, ilmu alam, dan kedokteran. Pemikiran jhon termuat dalam tiga buku pentingnya yaitu Essay concerning human understanding, terbit tahun 1600, letters on tolerantion terbit tahun 1689-1692, dan two treatises on government, terbit tahun 1690. Aliran ini muncul sebagai reaksi terhadap aliran rasionalisme. Bila rasionalisme mengatakan bahwa kebenaran adalah rasio, maka menurut empiris, dasarnya ialah pengalaman manusia yang di peroleh melalui panca indera. Dengan ungkapan singkat Locke :
‘’segalah sesuatu berasal dari pengalaman indrawi,buku budi (otak). Otak tak lebih dari sehelai kertas yang masih putuh, baru melalui pengalaman kertas itu terisi’’. Dengan demikian dia menyamakan pengalaman batiniah (ysng bersumber dari empiri).
        Jhon Locke juga termasuk filosof yang mengagumi Descrates tetapi ia tidak menyetujui ajaranya. Bagi Locje mula-mula rasio manusia harus di anggap sebagai gambaran kertas putih ( As a white paper) seluru isinya berasal dari penglaman, ia membagi pengalaman atas dua bagian yaitu pengalaman lahiriyah ( sensation) dan pengalaman batiniyah (reflection). Kedua sumber pengalaman ini menghasilkan ide-ide tunggal (simple ideas). Roh manusia bersifat pasif sama sekali, selama menerima ide-de. Namun demikian, roh juga mempunyai aktivitas. Oleh karena itulah lahirlah filsafat teorinya “tabula rasa” yakni manusia dilahirkan bagai kertas putih bersih. Pengalamanlah yang dapat membentuk seseorang.
      Menurut Jhon Locke, pengalaman dapat di perluas sehingga meliputi juga pemikiran. Ia mengatakan bahwa pikiran dating dari pengalaman dan percobaan semata mata. Oleh karena penglamanlah yang dapat menentukan pembentukan dan kepribadian dan watak seseorang, maka di perlukan adanya pendidikan yang baik. Ada tig unsur yang turut dalam menentukan pendidikan yaitu: pembawaan, kecakapan, dan kecerdasan seseorang yang di peroleh melalui proses belajar dan bimbingan. Perlunya kesehatan jasmani maupun rohani, permainan kegembiraan, humor adalah kodrat bagi anak yang perlu dibimbing dimana saja. Ajaran politiknya telah menyusun system pemerintahan dengan trias politica yaitu
1.Kekuasaan yang membuat undang- undang(legislative)
2.Kekuasaan yang menjalankan pemerintahan (eksekutif)
3.Kekuasaan menentukan perang dan damai di sebut (peyoratif)
Dan yang membedakan Locke dengan lainya adalah karakter pemikiranya yang empiris di bangun atas dasar tunggal  dan serbaguna. Semua pengalaman ( pengetahuan), kata Locke, berawal dari pengalaman yang memberi sensasi terdendiri. Darisensasi ini kita memperoleh ide baru uang lebih kompleks. Pikiran kita di pengaruhi oleh perasaan refleksi. Kendati Locke berbeda pandangan dengan fiksuf lain, namun Locke juga menerima metafora sentral Cartesian, pembedaan antara pikiran dan tubuh. Terbukti, dia memandang bahwa pengetahuan pertama tama berkenaan dengan emeriksaan pikiran.
       Selain itu Locke juga membedakan antara apa yang di namakanya “kualitas primer” dan “kualitas sekunder”. Yang dimaksudkan dengan kualitas primer adalah luas, berat, gerakan, jumlah dan sebagainya. Jika sampai pada masalah kualitas seperti ini, kita dapat merasa yakin bahwa indra indra menirunya secara obyektif. Tetapi, kita juga akan merasakan kualitas-kualitas lain dalam benda-benda. Kita akan mengatakan bahwa sesuatu itu manis atau pahit, hijau atau merah. Locke menyebut ini  sebagai kualitas sekunder. Penginderaan semacam inni tidak meniru kualitas-kuliatas sejati yang elekat pada benda-benda itu sendiri.
        Proyek etimologs Locke mencapai puncaknya dalam positivsme. Inspirasi filosofis empirisme terhadap positivsme terutama dalam prinsip objektivitas ilmunpengetahuan. Empirisme memiliki keyakinan bahwa semesta adalah Sesutu yang hadir melalu  data indrawi.enanya pengetahuan harus bersumber pengalaman dan pengamatan empiric.
        Bila rasionalisme mengatakan bahwa kebenaran adalah rasio, maka menurut empiris, dasarnya ialah pengalaman manusia yang di  peroleh malalui panca indra. Dengan ungkapan singkat Locke “ segalah Sesutu berasal dari pengalaman indrawi, bukan budi(otak). Otak lebih dari sehelai kertas yang masih putih, baru melalui pengalalaman kertas itu akan terisi”. Dengan begitu ia menyamakan pengalaman batihniah (yang bersumber dari akal budi) dengan pengalaman lahiriah ( yang bersumber dari empiri).
b. Francis Bacon 91210-1292 M)
     Francis Bacon , Viscount St Alban pertama (lahir 22 januari 1561, wafat 9 april 1626) adalah seorang filsuf, negarawan dan penulis Inggris. Ia juga di kenal  sebagai pendukung revolusi sains, bahkan, enurut Jhon Aubery, dedikasinya menggabungkannya kedalam sebuah kelompok ilmuwan yang bersejarah yang meninggal dunia akibat eksperinmen mereka sendiri.
    Francis Bacon di anugrahi ksatria (sir) pda tahun 1603, diangkat menjadi Baron Verulam di tahun 1618, dan menjadi Viscount St. Alban di tahun 1621. Tanpa keturunan, kedua gelar kebangsawanan tersebut hilang pada saat kematianya. Ia menerima julikan sebagai pencipta esay Inggri. Meskipun bukan seorang ilmuwan praktis, Bacon dianggap sebagai “Bpk ilmu pengetahuan modern” oleh banyak sejarawan. Filsafat dan tulisnya sangat berpengaruh dalam mengobarkan revolusi ilmu pengetahuan padaabad ke-17. Banyak kaum cendekiawan seperti Robert Boyle dan Isaac Newton menerima “filsafat baru” Bacon yang meneknkan empirisme(teori yang menyatakan bahwa pengetahuan hanya dapat diperoleh oleh pengalaman langsung) dan induksi. Setelah menampik ketergantungannya pada pendapat para ahli (sebelumnya) seperti Aristoteles, ilmu pengetahuan baru semakain merebak kepermukaan dan memunculkan banyak sekali penemuan baru yang terus bertsmbs hinggs kini. Namun fisafat baru ini sama sekali bukan hal yang baru.
       Menurut Francis Bacon bahwa pengetahuan yang sebenarrnya  adalah pengetahuan yang diterima orang melalui persentuhan indrawi dengan dunia fakta. Pengalaman merupakan sumber pengetahuan sejati. Kata Bacon selanjutnya, kita sudah terlalu lama dipengaruhi oleh metode deduktif. Dari dogma-dogma di ambil kesimpulan, itu tidak benar, haruslah kita sekarang memperhatikan yang konkret nebgelompokan, itulah tugas ilmu pengetahuan.
c.Thomas Hobbes
Thomas Hobes lahir di Inggris pada tahun 1558 M. Dia adalaah putra dari pastor yang membangkang dan suka berdebat. Keluarganya terpaksa keluar dari daerahnya akibat dari situasi yang kurang endukung. Thomas Hobes adalah sosok yang cerdas. Terbukti pada umur 6  tahun sudah menguasai bahasa yunani dal latin dengan mahir dan pada umur yang ke-15 tahun sudah belajae di Oxford University. Orang pertama pada abad ke 17 yang mengukuti aliran empirisme di Inggris adalah Thomas Hobes(1588-1679). Jika Bacon lebih berarti dalam bidang metode penelitian, maka Hobbes dalam bidang doktrin atau ajaran. Hobbes telah menyusun suatu system yang lengkao berdasar kepada empirisme secara konsekuen. Meskipun ia bertolak pada dasar-dasar empiris, namun ia menerima juga metode yang dipakai dalam ilmu alam yang bersifat matematis. Ia telah mempersatukan empirisme dengan rasionalisme matematis. Ia telah mempersatukan empirisme dengan rasionalisme dalam bentuk suatu filsafat materialitis yang konsekuen pada zaman modern.
       Menurut Hobbes, tidak semua yang di amati pada benda-benda itu adalah nyata, tetapi yang benar-benar nyata adalah gerak dari bagian-bagian kecil benda-benda itu. Segalah gejala pada benda yang menunjukan sifat benda itu ternyta hanya perasaan yang ada pada si  pengamat saja. Segalah yang ada ditentukan oleh sebab yang hukumnya sesuai dengan hokum ilmu pasti dan ilmun alam. Dunia adalah keseluruan sebab akibat termasuk situasi kesadaran kita. Hobbes memandang bahwa pengenalan dengan akal hanyalah mempunyai fungsi mekanis semata-mata. Ketika melakukan proses penjumlahan dan pengurangan misalnya, pengalaman dan akal yang mewujudkanya. Yang dimaksud dengan pengalaman adalah keseluruan atau totalitas pengamatan yang disimpan dalam ingatan atau digabungkan dengan sesuatu pengharapan akan masa depan, sesuai dengan apa yang telah diamati pada masa lalu. Pengamatan indrawi terjadi karenagerak benda-benda di luar kita menyebabkan adanya suatu gerak didalam indra kita. Gerak ini diteruskan ke otak kita kemudian ke jantung. Didalam jantung timbul reaksi, yaitu suatu gerak dalam jurusan yang sebaliknya. Pengamatan yang sebenarnya terjadi pada awal gerak reaksi tadi. Hobbes menyatakan bahwa tidak ada yang universal kecuali nma belaka. Konsekuensinya ide dapat digambarkan melalui kata-kata. Dengan kata lain, tanpa kata-kata ide tidak dapat di gambarkan. Tanpa  bahasa tidak ada kebenaran atau kebohongan. Sebab, apa yang dikatakanbenar atau tidak benar itu hanya sekedar sifat saja dari kata-kataa. Setiap benda diberi nama dan membuat ciri atau identitas didalam pikiran orang.
    Menurut Thomas Hobbles yang berpendapat bahwa pengalaman indrawi sebagai permulaan segala pengenalann. Hanya sesuatu yang dapat disentuh dengan indralah yang merupakan kebenaran. Pengetahuan intelektual(rasio) tidak lain hanyalah merupakan pengabungan data-data indrawi belaka.
      Hobbes membantah Descrates yang mengatakan bahwa jiwa adalah substansi rohani. Menurutnya seluru dunia termasuk manusia merupakan suatuprosesysng berlangsung dengan tiada henti-hentihnya berdasarkan hokum mekanis. Filsafat Hobbes mewujudkan suatu system yang lengkap mengenai keterangan tentang “yang ada” secara mekanis. Dengan demikian ia merupakan seorang materialis pertama dan filsafat modern. Pokok-pokok pandangan Hobbes:
Materialism :segalah sesuatu yang ada itu bersifat materi, segalah kejadian berlangsung secara keharusan dan mekanis.
Manusia: adalah tidak lain dari pada sesuatu tidak lain dari pada sesuatu bgian alam bendawi. Oleh karena itu segalah sesutunyang terjadi pada diri manusia adalah perjalanan secara mekanis. Manusia itu hidup selama darahnya beredar dan jantungnya berdenyut yang disebabkan karena pengaruh mekanis dari hawa atmofer. Dengan demikian manusia hidupn tiada lain adalah gerak anggota tubuh.
Jiwa : menurut Hobbes jiwa adalah proses mekanis didalam tubuh. Akal bukanlah pembawaan melainkan hasil perkembangan dan pengalaman yang di perolehnya.
d. David Hume
      david Hume lahir pada tahun 1711 dan wafat pada tahun 1776. Hume adalah pelopor para empiris, yang percaya bahwa selurupengetahuan tentang dunia berasal  dari indra. Menurutnya ada batasan-batasann yang tegas tentang bagaimana kesimpulan dapat di ambil melalui persepsi indra. David Hume lah aliran empirisme memuncak. Empirisme mendasarkan pengetahuan bersumber padaa pengalaman, bahkan rasio. Hume memilih pengalaman sebagai sumber utama pengetahuann. Pengetahuan itu dapat bersift lahiriah dan dapat pula bersifatt batiyah. Oleh karena itu pengenalan indrawi merupakann bentuk pengenalan yang paling jelas dan sempurna. Dua hal yang di cermati oleh Hume adalah substansi dan kausalitas. Hume tidak menerima substansi, sebab yang di alami manusia hanya kesan-kesan saja tentang beberapa ciri yang selalu ada bersama-sama. Dari kesan  muncul gagasan. Kesann adalaah hasil enginderaan langsung  atas realitas lahiriah, sedangkan gagasan adala ingatan akaan kesan-kesan.
           Pemikiran empirisnya terakumulasi dalam ungkapanya yang singkay yaitu “I never catch my self at any time with out a perception” ( saya selalu memiliki perseosi pada setiap pengalaman saya). Dari ungkapan ini Hume menyampaikan bahwa seluru pemikiran dan pengalaman tersusun dari rangkaian-rangkaian kesan (impression). Pemikiran inni  lebih maju selangkah dalam merumuskan bagaimana sesuatu penggetahuan terangkai dari pengalaman, yaitu melalui suatu intuisi dalam diri manusia (impression, atau kesan yang disistematiskan) dan kemudian menjadi pengetahuan. Disampng itu pemikiran Hume inni  merupakan usaha analisias agar empirisme dapat di rasionalkan terutama dalam pemunculan ilmupengetahuan yang di  dasarkan pada pengamatan ( observasi) dan uji coba (eksperimentasi), kemudian menimbulkan kesan-kesan, kemudian pengertian-pengertian dan akirnya pengetahuan.
Jenis pengetahuan menurut Hume
            Pengtahuan biasa tingkat nawah mengenai alaam  kasat mata, alam yyaang berubah –ubah menurut plato di sebut opini sejati dan descrates menanakan ide pemikiran indra yang membingungkann.
Bagi  plato da Decrates ada tingkatan tingginpengetahuann dengan penalaran seabagai sumbernya dan enciptakan  kepastian.
    Hume membantah kedua jenis pengetahan tersebut, pemikiran bahwa ada jenis pengetahuan tingkat atas yang bisa dicapa filsuf dengan akalya, pengetahuan realitasnya, pengetahuan metafisika adalah keelirru dan hanyailusi.
v  Kata Hume kita tidak akan pernah tau alam realitas ng sebenarnya adalah penjahat dan sangat bodoh, karena apa yang di  ketaahui manusia terbatas pada persepsi panca indra. Pemikiran manusia itu terbatas, sesuatu yang di cari metafisika immi  tidak akan diketahui. Hume mengatakan bahwa doktrin dasar atas metafisika bahwa ada dua  jenis pengetahuan yaitu:
v  Pengetahuann biasa dengan persepsi panca indra.
v  Pengetahuan mtafisika tingkat tinggi dengan pemikiran atau akal adalah omong ko song.
       Dan dapat di simpulkan bahwa menurut Hume pengetahan adalah sumber dari semua pengalaman dan indera sebagaidasaarnya. Dimana dia juga menokal kausalitas, karena akal hanya kesesuaian antara perbuatan tertentu denga de facto. Hume juga mengkritik keras mengenai  adanya Tuhan, dia beranggapan bahwa orang menyakini adanya Tuhan hanya karena rasa taakut semata,dan gagasan otomis kira yang berkaitan dengan kesan, terkait atau bergabung dengan menggunakan tiga hokum penggabungan yang merupakan kekuatan yang lembut yang memaksa kita menggabungkan satu gagasann dengan gagasan laainya.
e.Gorge Berkeley (1665-1753)
     Sebagai penganut empirisme,GB merancangkan teorinyang di namakan immaterialisme atas dasar prinsip- prisip empirime. Jika Locke masih menerima substansi-substansi diluar manusia, GB berpendapat bahwa sama sekalimtidak ada substasi-substansi material, yang ada, bahwa dunia materi sama saja dengan ide-ide yang di alami  manusia. Sebagaimana dalam bioskop, gambar-gambar film pada layar putuh yang di lihat para penoton sebagai benda-benda yang ril dan hidup. Demikian pula menurut pemikiran GB, ide-ide membuatnya melihat suatu dunia materil.
      GB mengakui bahwa dirinya meruoakan suatu substansi rohani. GB juga mengakui adanya Tuhan, sebab Tuhanlah yang merupakan asal-usul ide-ide yang dilihat. Jika manusia mengatakan bahwa Tuhan menciptakan dunia, yang di maksud bukan berarti ada suatu dinia di luar manusia, melainkan bahwa Tuhan memberi petunjuk atau mempertunjukan ide-ide kepada manusia. Jika di  pahami bahwa perbandingan wujud ini  dengan film seperyi  yang disebu, maka boleh di teruskan bahwa Tuhanlah yang memutar film itu dalam batin manusia.
1.4. Implementasi Bagi Perkembangan Studi keilmuan
       Empirisme memiliki andil yang besar dalam ilmu, yaitu dalam mengembangan berpikir induktif. Dalam ilmu  pengetahua, sumbangan utama adalah lahirnya ilmu pengetahuam modern dan penerapan metode ilmiah untuk membangun pengetahuan social, terutama dalam konteks perdebatan apakah ilmu penhetahuannn social itu berbeda dengan ilmu alam, sejak saat itu empirisme menepati tempat yang terhormat dalam metodologi ilmu pengetahuan social.  Acapkali empirisme di paralelekan dngan tradisi positivism. Namun demikian keduanya mewakili pemikiran filsafat ilmu yang berbeda. Sedangkan dalam islam, empirisme dalam islam mempunyai peran penting dalam pengembangan ilmu pengetahuan seperti ilmu Fiqh ang berbasis empiris, yaitu ibadah umalah, shalat, dan zakat puasa. Empirisme lahir dan terjebak kepada afirmasi rasio  praksisi dan menegasikan rasio murni sehingga muncul dogmatism empiris sendiri, terlebih dengan membangun kecurigaan/ketidakpercayaan/menegasikan (skeptisis) terhadap episteme yang lainya telah banyak di anut oleh pendidikan modern, inilah bukti kenaifanya. Dampak epistemology dari empirisme diantaranya adalah sebagai berikut:
1.Terjadinya pemisahan antara bidang sankral dan bidang duniawi, misalnya pemisaan antarara agama dan Negara, agama dan politik tau pemisahan materi dan roh yang berwujud dalam seorang ahli fisika atau ekonomi tidak akan berbicara agama dalam karya ilmiah mereka, sementara fisika dan ekonomi di reduksi menjadi angka-angka, materi dan ruh tampak tidak kompatebel dimata mereka.
2. kecenderungan kearah reduksionisme, materi dan benda di reduksi kepada elemen-elemenys. Ini tampak pada fisika Newton, sama halnya dengan homo ekonomi-kus dalam ekonomi modern. ( dua hal ini pengarus sejarah rasionalisme empirisme).
3. pemisaan antara subyektivitas dan obyektifitas, misalnya dalam ilmu social hal yang merupakan debuku obyektif adalah keniscayaan yang mengarah kepada realitas pasti, (pengaruh positivsne pengetahuan yang berujung pada stayusquo higga dominasi kebenaran).
4. antroposentrisme, ini tampak dalam konsep demokrasi dan individualism ( ini merupakan pengaruh dari rasionalisme Redenscrates dengan jargon individu bebas atau subyekmanusia akan menjadi sentral peradaban dunia).
5. progresivsme, di wakili oleh Marx, tetapi juga di yakini secara luas seperti pada kemajuan ilmu pengetahuan dan obat-abatan.
       Dalam hal ini terlepas dari keunggulan aliran empirisme ini, masih ada begitu banyak keleahan dari liran ini. Prof. Dr/Ahmad Tafsir mengkritis empirisme atas empat kelemahan, yaitu:
Indera terbatas, benda yang jauh kelihatan kecil padahal tidak. Keterbatasan kemampuan indrraninindapat melaporkan obyek tidak  sebagaimana adanya.
Indera menipu, pada orang sakit malaria, gula rasanya pahit, nudara panas di rasakan dingin. Ini  akan menimbuklak pengetahuan empiris yang salah juga.
Obyek yang menipu, contohnyanilusi, fatamorgana. Jadi obyek inni  sebenarnya tidak sebagaimana ia di tanglkapolehbalat indra, ia membihongi indera. Ini  jelas dapat menimbulkan pengetahuan indrawi yang salah.
     Kelemahan ini berasal dari indera dan obyek  sekaligus. Dalam hal inni indera (di sisi met) tidaknmampu melihat seekor kerbau secara keseluruan dan kerbau juga tidak dapat memperlihatkan badanya secara keeluruan.
       Metode empiris tidak dapat diterapkan di semua ilmu, juga menjadi kelemahan aliran ini, metode empiris mempunyai lingkup khasnya dan tidak bisa di terapkan dalam ilmu lainya. Misalnya dengan menggunakan analisi filosofis dan rasional. Filosuf tidak bisa mengungkapkan benda terdiri atas timbunan molekul atom, bagaimana kompoosisi kimiawi suatu mahlik hidup, apa penyebap dan obat rasa sakit pada binnatang dan manusia. Disisi lain seluru  obyek tidak bisa di pecahkan lewat pengalaman inderawi seperti hal-hal yang immaterial karena pokok permasaahan yang dikaji filsafat mencakuo tiga segi, yakni apa yang di sebut salah ( logika), mana yang di anggap baik dan mana yang di  nggap buruk (etika), serta apa yang termasuk indah dan apa yang termasuk jelek (estetika).
1.5. Pengaruh Dan Peranan Empirisme untuk Pendidikan sekarang
Sejalan dengan pengembangan ilmu pengetahuan, pendidikan memiliki nuansa berbeda antara suatu daerah dengan daerah laiya, sehingga banyak bermunculan pemikiran-pemikirn yang di anggap sebagai penyesuaian proses pendidikan dengan kebutuhan yang di perlukan. Karena banyaknya teori yang di kemukaakan yang bermuara pada munculnya aliran pendidikan. Dan dengan berkembangnya zaman muncul juga beberapa metode dan aliran dalam pendidikan yang di kenal dengan istilah pendidikan konteporer. Dan sering berjalanya waktu teori juga akan terus berkembang.
       Aliran empirisme merupakan salah satu aliran dalamm filosof yang menekankan peranaan pengalaman dalam memperoleh pengetahuan serta pengetahuan itu sendiri dan mengecilkan peranaan akal. Filsafat empirisme tentang teori makna amat berdekatan dengan aliran positivsme logis dan filsaf Ludwig Wittegenstein. Akan tetapi teori makna dan empirisme selalu harus di pahami lewat penafsiran pengalaman. Oleh karena itu bagi orang empiris, jiwa dapat dipahami sebagai gelombang pengalaman kesadaran, materi sebagai pola jumlah yang dapat di indra, dan hubungan kausalitas sebagai urutan peristiwa yang sama.
        Penganut empirisme berpandangan bahwa pengalaman merupakan sumber pengetahuan bagi manusia, yang jelas mendahului rasio. Tanpa pengalaman rasio tidak memiliki kemampuan untuk memberikan gambaran tertentu. Kalaupun menggambarkan sedemikian rupa, tanpa pengalaman hanyalah belaka.
        Dalam pendidikan pengembangan pembelajaran empirisme bejalan secara teratur, karena pada dasarnya pengembangan di sini mengandung pengertian cara membuat tumbuh secara teratur, untuk menjaikan sesuatu lebig besar, lebih baik,, lebih efektif, dan sebagainya, selanjutnya pengembangan sisitem mengandung maksud dan cara membuat penjabaran, pelengkapan komponen system agar setiap komponen dapat tumbu. Ely mengemukakan pendapatya bahwa pengembangan system pembelajaran berarti suatu proses secara sistematis dan logis untuk mempelajari problem-problem pembelajaran agar dapat pemecahan yang teruji validalitasnya, dan praktis bisa di laksanakan. Istilah yang berhubungan dengan pengembangan pembeajaran ialah system instruksional dan desain intruksional. System intruksional adalah semua materi (konsep) pembelajaran dan metode yang telah di uji dalam praktek yang di persiapkan untuk mencapai tujuan dengan keadaan yang sebenarnya. Adapun yang dimaksud dengan disain instuksional adalah keseluruan proses analisi kebutuhan dan tujuan serta pengembangan tehnik mengajar dan materi pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Dalam kegiatan ini termasuk paket pengembangan pembelajaran, kegiatan mengajar, uji coba,  dan revisi serta kegiatan evaluasi hasil belajar.
      Jadi dapat di simpulkan bahwa antaraa pengembangan system pembelajaran denga system intruksional ada kesamaan dan keterkaitan. Pengembangan system pembelajaran menekankan pada proses yang sistematis dan logis.
    System intruksional menekankan pada materi, metode dan disain instruksional menekankan pada kebutuhan, tujuan, tehni, materi pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Keterkaitan ini mengarah pada tujuan yang  ingin dicapai yaitu tujuan pembelajaran.
      Empirisme memegang peranaan yang amat pentinh bagi pengetahuan, malah barang kali merupakan satu-satunya sumber dan dasar ilmu pengetahuan menurut penganut empirisme. Pengalaman indrawi sering di anggap sebagai  pengadilan yang tertinggi. Berbeda dengan rasionalisme dengan titik tumpu pengetahuan berdasarkan rasio  yang memang menempel secara alami, maka kita akan menemukan perbedaan tajam dengan alairan yang satu ini, yaitu empirisme. Aliran ini  menegaskan bahwa pengetahuan manusia berddasarkan pengalalaman. Contoh aliran empirisme adalah teori a posteriori yang menyatakan bahwa semua kebenaran yang didapatkan lewat observasi atau pengamatan. Pengamatan ini sudah tentu melibatkan pengalaman indra pada diri sseorang sehongga termasuk dalam cakupan aliran empirisme. Dalam kehidupan sehari-hari, wujud aliran empirisme ini adalah ketika seseorang memperoleh kepandaian atau pengetahuan dari pengalaman yang dia jalani, kepandaian atau kecakapan atau pengetahuan tersebut bukan muncul beegitu saja pada dirinya.
1.5. Penerapan Empirisme Dalam Pendidikan IPS
         Pengalaman sebagai sumber ilmu pengetahuan dan kekuatan dalam pembagunan manusia sudah tampak pada abad ke  IV SM. Gagasan pendidikan berbasis pengalaman (experiential Eduction) atau yang di sebut” learning be Doing” memiliki sejarah panjang. Awalnya, para guru outdoor menyebut experiential education sebagai gaya belajar di luar ruangan. Senada dengan itu, program pendidikan petualangan, yang berlangsung di luar ruangan (outdoor), memanfaatkan pengalaman di dunia nyata untuk mencapai tujuan belajarnya. Pemikiran mengenai pendidikan berbasisi pengalaman semakin berkembang dengan munculnya karya Jhon Dewey (1938) yang megungkapkan pentingnya pembelajaran melalui pengalaman sebagai landasan dalam menetapkan pendidikan formal. Model pendidikan ini terus berkembang, hingga pada tahun 1977 berdiri association for experiential education.
     Experiential learning merupakan falsafah dan metodologi dimana pendidik terlibat langsung dalam memptivasi peserta didik dan  rflejsi difokuskn untuk meningkatkan pengetahuan dan mengembangkan keterampilan. Experiential learning mendorong siswa dalam aktivitasnya untuk berpikir lebih banyak, mengekspor, bertanya, membuat keputusan, dan menerapkan apa yang telah mereka pelajari.
       Experiential learning adalah suatu  pendekatan yang di  pusatkan pada siswa yang di mulai dengan landasaan pemikiran bahwa orang- orang belajar terbaik itu dari pngalaman. Dan untuk pengalaman belajar yang akan benar- benar efektif harus enggunakan seluru roda belajar, dari pengaturan tujuan, meakukan observasi dan  eksperimen, memeriksa ulang, dan perencanaan tindaakan. Apabila proses ini telah di lalui memungkinkan siswa utuk belajar keterampilan baru, sikap baru bahkan cara berpikir baru
Dalam merancang pelatihan experiental learning, ada 4 tahapan yang harus dilalui yaitu:
Ø  Experiencing, tantangan pribadi atau kelompok
Ø  Reviewing, meggali individu untuk mengkomunikasikan pembelajaran dari pengalaman yang di dapat.
Ø  Concluding, menggambarkan kesimpulan dan kaitan antara masa lalu dan sekarang.
Ø  Planning, menerapkan hasil pemblajaran yang di alaminya.
       Menurut Mardana (2005) belajar dari pengalaman mencakupketerkaitan antara berbuat dan berpikir. Jika seseorang terlibat aktif dalam pross belajar, maka orang itu akan belajar jauh lebih baik. Hal ini di  karenakan dalam prosess belajar tersebut pembelajar secara aktif berpikir tentang apa yang di  pelajari dan kemudian bagaimana menerapkan apa yang telah dinnpelajari dalam situasi nyata.
       Sedangkan Alterton (2002) mengemukakan bahwa dalam konteks belajar, pembelajaran berbasis pengalaman dapat di  deskripsikan sebagai proses dimana pengalaman belajar di refleksikan secara mendalam dan dari sini  muncul pemahaman baru atau proses belajar.
Model  pembelajaran semacam  ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan kegiatan-kegiatan belajar secara aktif. Lebih lamjut, Hamalik menyatakan bahwa pembelajaran berdasarkan pengalaman memberi seperangat atau serangkaian situasi belajar dalam bentuk keterlibatan pengalamaa=n yang sesungguhnya yang di rancang oleh guru. Cara ini  mengarahkan siswa untuk mendapatkan penglaman lebih banyak  melalui   keterlibatan secara aktif dan  personal, di bandingkan bila mereka nhanya membaca satu materi atau konsep. Dengan demikian, belajar berrdasarkan pengalaman lebih berpusat pada pengalaman belajar siswa ang bersifat terbuka dan siswa mampuu membimbing dirinya sendiri.
        Berdasarkan pendapat diatas data dipahami bahwa penerapan model experiential learning dapat membatu sisiwa dalam membangunn pengetahuanya sendiri. Seperti halnya model pembelajaran lainya, dalam menerapkan model experiential learning. Guru  harus memperbaiki prosedur agar pembelajaranya berjalan dengan baik. Hamalik (2001), mengungkapkan beberapa hal yangb harus di perhatikan dalam model pembelajaran experiental learning adalah sebagai berikut:
      Guru merumuskan secara saksama suatu  rencana pengalaman belajar yang bersifat terbuka (open minded) yang memiliki hasil-hasil tertentu.
Guru harus bisa memberikan rangsangan dan motivasi.
Siswa dapat bekerja secara individual atau bekerja dalam kelompok- kelompok kecil/keseluruan kelompok di dalam belajar berdasarkan pengalaman.
      Para siswa di  tempatkan pada situasi-situasi nyata, maksudnya siswa mampu memecahkan masalah dan bukan dalam situasi pengganti. Contohnya didalam kelompok kecil, siswa membuat mobil-mobilan dengan mengguanakan potongan-potongan kayu, bukan menceritakan cara membuat mobil-mobilan.
Siswa aktif berpatisipasi di dalam pengalaman yang tersedia, membuat kepeutusan sendiri, menerima konsekuensi berdasarkan kepeutusan tersebut.
Keseluruan kelas menceritakan kembali tentang apa yang didalam yang sehibungan dengan mata pelajaran tersebut untuk memperluas pengalaman belajar dan pemahaaman siswa dalam melkukan pertemuan yang nantinya akan membahas bermacam-macam pengalaman tersebut.
       Selain beberapa hal yang harus di perhatikan dalam model pembelajaran experiental learning, guru juga harus memperhatikan metode belajar mlalui pengalamana ini, yaitu meliputi tiga hal berikut:
       Strategi belajar melalui  pengalaman berpusat pada siswa dan berorientasi pada aktivitas. Penekanan dalam strategi belajar melalui pengalaman adalahnproses belajar, dan  bukan hasil belajar.
Guru dapat menggunakan strategi ini  dengan  baik didalam kelas maupun dilluar kelas.
       Oleh karena itu, model pembelajaran experiental learning disusun dan dilaksanakan dari hal-hal yang dimiliki oleh peserta didik. Prinsip inipun berkaitan dengan pengalaaman didalam melaksanakan tugas dan pembelajaran serta dalam cara-cara belajar yang bisa di lakukan oleh peserta didik
      Metode ini akan bermakna tak kalah pembelajar berperan serta dalam melakukan kegiatan, kemudian mereka mendapatkan pemahaman serta menuangkan dalam bentuk lisan  natu tulisan sesuai dengan tujuannpembelajaran.
          Langkah menantang bagu guru, dalam experiental learnig adalah memikirkan atau merancang aktivitas pengalaman belajar seperti apa yang harus terjadi pada diri siswa baik individu maupun kelompok. Aktifitas pembelajaran harus berfokus pada peserta belajar (student-centered learning). Dengan demikian, apa yang harus kita lakukan, apa harus kita sampaikan, harus secara detail kita rancang dengan baik.
        Begitu pula dengan media dan alat bantu pembelajaran lain yang dibutuhkan juga harus benar-benar telah tersedia dan siap untuk di gunakan. Metode expeiental harus kita sampaikan, harus secara detail kita rancang dengan baik.
        Begitu pula dengan media dan alat bantu pembelajaran lain yang dibutuhkan juga harus benar-benar telah tersedia dan siap untuk di gunakan. Metode expeiental learning tidak hanya memberikan wawasan pengetahuan konsep-konsep saja. Numun juga memberikann pengalaman yang nyata yang membangun keterampilan melalui  penugasan nyata. Selamjutnya, metode ini akan mengakomodasi dan memberikan proses umpan balik serta evaluasi antara hasil penerapn dengan apa yang seharusnya di lakukan.
        Dengan demikian, dari pernyataan-pernyataan di atas fapat diambil sebuah pengertian bahwa experiental learning adalah suatu metode proses belajar mengaar yang mengaktifkan pembelajar untuk membangun pengetahuan dan keterampilan melalui pengalamnya secara langsung. Dalam hal ini, experiental learning menggunakan pengalaman sebagai katalisator untuk membantu pembelajar mengembangkan kapasitas dan kemampuanya dalam proses pembelajaran sehingga pembelajarvterbiasa berpikir kreatif. Peran guru dalam pembelajaraan ini  daalah sebagai fasilitator.













BAB III
PENUTUP
3.1.Kesimpulan
Kesimpulan pada makalah ininndalah sebagai berikut:
1.Empirisme adalah aliran yang  menjadikan pengalaman sebagai sumber pengetahuan, dimana disini beranggapn bahwa pengetahuan yang ada di peroleh melalui pengalaman dengan cara onservasi/penginderaan.
2.Empirisme lahir sebgai kritik dan kepuasan metodev yang di  paki rasionalisme dalam mencari kebenaran.
3.Ada dua ciri pokok empirisme, yaitu mengenai teori tentang makna dan  teori tentang pengetahuan
4.Tokoh-tokoh empirisme antara lain Jhon locke, Thomas Hobbes,David Hume, Francis Bacon, Gorge Berkeley.
5.Empirisme memiliki peran yang sangat penting dalam pengetahuan, di mana dalam pengembangan berpikir deduktif.
6.Empirisme sudah di terapkan secara luas dalam ilmu  pengetahuan, salah satunya adalah ilmu pendidikan IPS.
3.2. Saran
Sebaiknya mulai ari sekarang, kita harus lebih banyak mempelajari aliran empirisme ini, agar kita dapat lebih mengetahui petingnya pengalaman sebagai sumberbpengetahuan. Denan begitu setiap pengalaman yang ada dapat menjadi pelajaran untuk kita dan mampu menyadarkan kita bahwa waktu rak dapat di lewatkan begitu saja tanpa adanya pengalaman yang luar bisa yang mampu membangun dan merubah diri kita untuk menjadi yang lebih baik.

Daftar Pustaka
Adisusilo, Sutarjo. 1983. Problematika Pengembangan Ilmu Pengetahuan. Yogyakarta :Yayasan Kanisius.
Prof. Dr. Pidarta, Made. 2007. Landasan Kependidikan: Stimulasi Ilmu Pendidikan Bercorak Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.
Russell, Bertrand. 2002. Sejarah Filsafat Barat. Yogyakarta: pustaka pelajar.
Baktiar, Amsal. 2012. Filsafat Ilmu. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Tirtarahardja, Umar. 2000. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Awi Anastaya.2016. Tokoh- tokoh  Empirisme. Jurnal Pendidikan. 11(4): hlm 10-18.
Riayani Syari. 2015.Pandangan Empirisme dan konsep dasar pengetahuan. Jurnal Publikasi. 10(3): hlm 26-34.
Hamdi muhamad. 2014. Paham Empirisme. Jurnal pendidikan. 11(2): hlm 18-23.
Alwi Putra. 2007. Pegembangan konsep aliran empirisme modern. Jurnal Pendidikan 9(2): hlm 8-14.
Rafika Anjelina. 2010. Metode Dan Strategi Pembelajaran. Jurnal Pendidikan.14 (4): hlm 24-32.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Wihelmina

BELAJAR FONEM DALAM BAHASA MANGGARAI_OLEH YULIANA NDAHONG