Mahasiswa, Antara Peran Dan Tanggung Jawab

Status sosial yang melekat pada diri setiap mahasiswa selalu menggiring kita yang pernah dan sedang berada didunia kampus seakan memiliki segalah sesuatu yang seakan diatas status sosial masyarakat pada umumnya. Tidak tau faktor apa yang menjadi penyebab hal tersebut dapat terjadi, semua seolah datang dengan sendirinya karena budaya yang muncul secara otodidak. Hal ini terlihat dari pandangan umum yang sering menganggap bahwa mahasiswa merupakan kaum intelektual yang punya pola pikir dan sudut padang yang berbeda dalam menanggapi satu masalah yang muncul dintengah dinamika kehidupan bermasyarakat.

Beragam unkapan melekat pada diri mahasiswa yang semakin mempertegas peran mahasiswa itu sendiri sebagai elemen yang vital dalam kehidupan.

Mulai dari agent oh change yang menempatkan mahasiswa sebagai pelopor perubahan yang menjadi titik tolak berubahnya orientasi kehidupan ke arah yang lebih baik. Ada juga yang beranggapan bahwa mahasiswa merupakan agent of social control, di mana peran aktif mahasiswa dalam mengawal berbagai bentuk kehidupan dan permasalahanya sangat di tuntut karena ada pandangan bahwa mahasiswa kaum yang netral dan belum terkontaminasi dengan berbagai kepentingan yang berjalan seiring dengan permasalahan terutama yang menyangkut kebijakan publik.

Tidak salah jika ada ungkapan yang mengatakan bahwa mahasiswa merupakan iron stock, muncul sebagai harapann yang di titipkan kepada kaum pembaharuan dan sosok-sosok penerus peradaban di masa yang akan datang. Sehingga pada diri mahasiswalah kepercayaan untuk memangku dan menjalankan tatanan hidup bangsa kedepanya di sematkan.

Kontradiksi Dan Tanggung Jawab Moral

Tidak ada atau hanya segelintir orang tua yang meninginkan anaknya sebagai aktivis Mahasiswa jika kelak duduk di bangku perguruan tinggi untuk menempuh ilmu yang lebih optimal sebagai lanjutan dari jenjang pendidikan sebelumnya.

Tanggung jawab moral seorang anak kepada orang tuanya apabila memasuki dunia kampus adalah menyelesaikan studi dengan baik tanpa harus mengalami kendala yang berarti apalagi yang data dari dalam diri sendiri. Sebab di sinilah peran aktif seorang peserta didik di pertarukan. Bila waktu duduk di bangku sekolah dasar hingga sekolah menengah, seorang guru memiliki peran yang lebih optimal dalam memancing minat belajar siswanya. Namun di perguruan tinggi pola tersebut di ubah 180 derajat, di mana peserta didik yang kemudian disebut mahasiswa, yang harus berperan aktif untuk mendapatkan ilmu yang maksimal, sementara sang dosen lebih berperan sebagai fasilitator transformasi ilmu yang sedang di timba. Apapun hasil yang di dapat oleh mahasiswa, semua berpulang pada pribadi masing-masing dalam mengaktualisasikan diri sesuai pola transformasi yang di terapkan dosen.

Sehingga dengan cara yang seperti ini tanggung jawab akademis secara awam harus lebih di kedepankan oleh setiap mahasiswa seakan di tuntut untuk tidak mengfokuskan diri pada hal lain kecuali mata kulia yang mereka hadapi agar konsentrasi yang di miliki tidak terpecah dan semua ilmu yang di beri mampu di terima secara optimal.


Dengan begitu kedewasaan mahasiswa susungguhnys dapat tertempa dengam matang karena meraka mampu untuk menyesuaikan ruang yang mereka tempati dengan peran dan tanggung jawab yang mereka emban. Tidak adil jika kita berpikir bahwa setiap mahasiswa yang hari- harinya di sibukan untuk aktif mengikuti perkembangan dan mengawal dinamika birokrasi yang terjadi, memiliki indeks prestasi yang rendah. Sebab mahasiswa yang dapat menempatkan diri sesuai dengan dunianyalah yang memiliki kecerdasan akan ruang dan kedisiplinan akan waktu



KOMPASIANA
#KLBT2019A

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Wihelmina

BELAJAR FONEM DALAM BAHASA MANGGARAI_OLEH YULIANA NDAHONG